Apa Itu TMC, Teknologi yang Dipakai untuk Kendalikan Hujan Ekstrem Jakarta. (Foto: Agung Pambudhy/detikcom) |
Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta sudah menyiapkan rencana Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC). Penerapan teknologi ini dilakukan untuk menghadapi potensi hujan ekstrem tanggal 25 Desember 2022 - 3 Januari 2023.
Proses TMC dilakukan Pemprov DKI Jakarta bekerja sama dengan TNI Angkatan Udara (TNI AU), Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) dan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).
Teknologi modifikasi cuaca adalah salah satu bentuk upaya manusia untuk memodifikasi cuaca dengan tujuan tertentu agar mendapatkan kondisi cuaca seperti yang diinginkan.
Dikutip dari situs BPPT (sekarang Pusat Sains BRIN), tujuan modifikasi cuaca umumnya untuk meningkatkan intensitas curah hujan di suatu tempat (rain enhancement) atau dapat juga digunakan untuk kondisi sebaliknya (rain reduction).
Dalam konteks pemanasan global yang mengakibatkan terjadinya perubahan iklim, TMC menjadi salah satu solusi yang bisa diandalkan dalam mengurangi kerugian yang dapat ditimbulkan oleh bencana yang disebabkan oleh faktor iklim dan cuaca.
Cara kerja teknologi modifikasi cuacaSelama ini, masyarakat mengenal TMC menggunakan pesawat yang menebarkan bahan semai berupaNaCl ke awan melalui udara. Ternyata, ada metode lain untuk menghantarkan bahan semai itu ke awan.Dalam beberapa tahun terakhir, para peneliti telah mengembangkan metode penyampaian bahan semai ke dalam awan dari darat, diantaranya dengan menggunakan wahana Ground Based Generator (GBG) dan wahana Pohon Flare untuk sistem statis.Kedua metode ini mempunyai prinsip kerja yang sama dalam menghantarkan bahan semai ke dalam awan, yaitu dengan memanfaatkan keberadaan awanorografik dan awan yang tumbuh di sekitar pegunungan sebagaitargetnya. Tak heran, metodeGBG dan Pohon Flare biasanya digunakan di wilayah yang mempunyai topografi pegunungan.
Teknologi Modifikasi Cuaca. Foto: BPPT |
Teknologi modifikasi cuaca di Jakarta
Kepala Pelaksana BPBD DKI Jakarta Isnawa Adji menjelaskan, TMC dilakukan jika kondisi cuaca semakin ekstrem berdasarkan hasil analisis BMKG. Teknik modifikasi cuaca dilakukan dengan cara menyemai garam di awan.
"Perlu teman-teman ingat TMC ini bisa dilakukan kalau analisis cuacanya sudah semakin ekstrem. Jadi kalau suasana udara Jakarta aman-aman saja kita tidak boleh melakukan TMC karena itu tidak bermanfaat," kata Isnawa kepada wartawan, Rabu (28/12).
Isnawa menjelaskan penerapan TMC bersifat fleksibel. Ketika BMKG merilis analisis cuaca ekstrem Jakarta dengan kondisi curah hujan di atas rata-rata, pihaknya bekerja sama dengan BRIN, TNI AU, dan BNPB melakukan TMC.
Disebutkan Isnawa, setidaknya, ada dua pola penanganan untuk TMC yang bakal diterapkan. Pertama, dengan 'jumping process' atau memprematurkan awan hujan untuk dicegat masuk ke wilayah Jakarta sehingga menjadi luruh dan hujan yang terjadi hanya gerimis.
Kedua, dengan pola kompetisi, yakni membakar bahan semaian garam dengan mengganggu pertumbuhan awan, dengan cara menambah inti kondensasi.
"TNI AU akan menggunakan pesawat CN-212 yang membawa 800 kilogram bahan semaian garam. Nantinya teknik penyebaran dilakukan secara manual," sebutnya.
Pesawat lainnya yang digunakan berjenis Cassa, dapat memuat 2,4 ton garam dan membutuhkan waktu 2 jam untuk mempersiapkan semaian garam ke dalam bentuk konsul. Ada juga pesawat Hercules yang mampu memuat 5 ton bahan semaian.
Kendati begitu, TMC hanya akan efektif dilakukan mulai pagi hari hingga sekitar pukul 17.00 WIB dengan hasil efektif akan terjadi dalam 4-15 jam ke depan.
Artikel ini telah tayang di inet.detik.com dengan judul "Apa Itu TMC, Teknologi yang Dipakai untuk Kendalikan Hujan Ekstrem Jakarta"