Resesi Seks dan Jumlah Bayi Anjlok, Ini Solusi Jitu Untuk Jepang. Foto: Getty Images/Yuichi Yamazaki |
Jepang sedang menghadapi masalah serius dalam mempertahankan populasinya. Angka kelahiran terus menurun dan terjadi fenomena resesi seks, di mana jumlah orang yang mau menikah semakin sedikit. Berbagai solusi coba dikemukakan karena dampaknya kemana-mana.
Populasi pekerja di Negeri Sakura telah turun dari 86 juta di 1991 ke 74,3 juta saat ini. Jutaan rumah pun kosong, diperkirakan akan mencapai sepertiga dari total rumah di Jepang pada 2030. Penjualan mobil baru tahunan turun dari 7,5 juta jadi 4,2 juta, sementara penjualan department store anjlok setengahnya.
Nah, salah satu solusi jitu yang dikemukakan adalah menarik lebih banyak imigran untuk tenaga kerja. "Jika Jepang menerima 1 juta imigran tahun ini, maka bisa sepenuhnya mengganti penurunan populasi karena kematian, yang sekarang dua kali lipat kelahiran," tulis Hisai Tateishi, CEO Next Capital Partners yang dikutip detikINET dari Nikkei.
Bandingkan Jepang dengan Jerman, yang memiliki jumlah penduduk hampir sama. Usia rata-rata di Jerman adalah 45 tahun, tertua di Eropa. Tapi sementara orang asing hanya mencakup 2,2% dari populasi terdaftar Jepang pada 2019, rasio Jerman adalah 13,1%.
Bukan kebetulan bahwa AS sekarang memiliki begitu banyak startup yang sukses, mengingat populasinya terus bertambah, sebagian karena imigrasi. Imigrasi juga jadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi Kanada dan Australia.
Di Australia, pelajar asing dapat memperoleh visa kerja untuk tinggal selama beberapa tahun setelah lulus dan berpotensi beralih ke visa jangka panjang dan akhirnya naturalisasi. Orang asing yang masuk dengan visa liburan kerja dapat beralih ke visa kerja biasa jika mereka mendapat pekerjaan tetap. Kanada mengambil pendekatan serupa.
Di Jepang sendiri, bukan tidak mungkin untuk beralih dari status pelajar asing kemudian memperoleh kewarganegaraan, tetapi birokrasi dan hambatan lain dinilai masih menyulitkan.
"Meningkatkan imigrasi adalah kebutuhan karena banyak perusahaan Jepang, di luar yang paling bergengsi, kesulitan merekrut orang berusia 20-an dan 30-an. Sebuah jalur diperlukan untuk memungkinkan anak muda yang datang dengan visa liburan kerja, yang sekarang berlaku tidak lebih dari setahun, untuk tinggal di Jepang lebih lama," saran Hisai.
Artikel ini telah tayang di inet.detik.com dengan judul "Resesi Seks dan Jumlah Bayi Turun, Ini Solusi Jitu Buat Jepang"