Ilustrasi gelombang panas di India. (Foto: NurPhoto via Getty Images/NurPhoto) |
Sejumlah negara di Asia tengah menghadapi cuaca panas ekstrem. Salah satu negara yang juga diserang gelombang panas ini adalah India. Di negara bagian Uttar Pradesh, suhu diketahui mencapai 115 derajat Fahrenheit atau sekitar 46,1 derajat celcius.
Serangan gelombang panas ini sempat memicu terjadinya kebakaran hutan di 300 titik hingga melelehnya aspal jalanan di Kota Ahmedabad. Lonjakan suhu yang begitu panas sempat mengakibatkan aspal pada jalan raya meleleh. Banyak pejalan kaki mengaku alas kaki mereka sampai menempel di jalan.
1. Dipicu krisis iklim
Fenomena gelombang panas yang terjadi di India dan juga sejumlah negara lain disebut sebagai bagian dari dampak perubahan iklim yang semakin ekstrem.
'Heat wave' atau gelombang panas dalam ilmu cuaca dan iklim didefinisikan sebagai periode cuaca dengan kenaikan suhu panas yang tidak biasa yang berlangsung setidaknya lima hari berturut-turut atau lebih sesuai batasan Badan Meteorologi Dunia (WMO), dikutip dari siaran pers Badan Meteorologi dan Klimatologi (BMKG) mengenai Perkembangan Gelombang Panas di Asia 2023,
"Untuk fenomena cuaca termasuk sebagai kategori gelombang panas, suatu lokasi harus mencatat suhu maksimum harian melebihi ambang batas statistik, misalnya 5 derajat celcius lebih panas, dari rata-rata klimatologis suhu maksimum. Apabila suhu maksimum tersebut terjadi dalam rentang rata-ratanya dan tidak berlangsung lama maka tidak dikategorikan sebagai gelombang panas," jelas BMKG dalam keterangan tertulis, Selasa (25/4).
Menurut BMKG, fenomena gelombang panas biasanya terjadi berkaitan dengan berkembangnya pola cuaca sistem tekanan atmosfer tinggi di suatu area dengan luasan yang besar secara persisten dalam beberapa hari. Hal ini juga berkaitan dengan aktivitas gelombang Rossby di troposfer bagian atas.
"Dalam sistem tekanan tinggi tersebut, pergerakan udara dari atmosfer bagian atas menekan udara permukaan (subsidensi) sehingga termampatkan dan suhu permukaan meningkat karena umpan balik positif antara massa daratan dan atmosfer. Pusat tekanan atmosfer tinggi ini menyulitkan aliran udara dari daerah lain mengalilr masuk ke area tersebut," paparnya.
"Semakin lama sistem tekanan tinggi ini berkembang di suatu area karena umpan balik positif antara daratan dan atmosfer, semakin meningkat panas di area tersebut, dan semakin sulit awan tumbuh di wilayah tersebut," lanjutnya.
2. Ribuan Orang Tewas
Dikutip dari CNN, gelombang panas yang melanda India tercatat telah menyebabkan kematian pada lebih dari 24 ribu orang dalam 30 tahun terakhir, sejak 1992. Tak menutup kemungkinan dampak ini akan terus memburuk seiring dengan semakin meningkatnya juga frekuensi dan intensitas dari gelombang panas yang terjadi.
3. Ancaman Kesehatan
Studi baru yang dirilis oleh University of Cambridge mengungkap gelombang panas yang menghantam India mengancam keberlangsungan pembangunan negara dan menghambat pertumbuhan ekonomi, sistem kesehatan, serta pengentasan kemiskinan.
"Gelombang panas menyebabkan beban yang belum pernah terjadi sebelumnya pada kesehatan masyarakat, pertanian, dan sistem sosial-ekonomi dan budaya. India saat ini menghadapi benturan berbagai bahaya iklim kumulatif," tulis salah satu peneliti dalam studi tersebut, dikutip dari Grist.
Dampak yang ditimbulkan dari gelombang panas ini begitu signifikan, mulai dari menyebabkan padamnya listrik, meningkatkan polusi udara dan debu, hingga peningkatan pencairan glasial di wilayah India Utara.
4. Risiko Jangka Panjang
Perubahan iklim yang terjadi meningkatkan kemungkinan terjadinya gelombang panas di India hingga 100 kali lipat. Berdasarkan penelitian tersebut, 90 persen negara di India lebih rentan terhadap risiko kesehatan masyarakat akibat suhu panas yang ekstrem.
"Proyeksi jangka panjang mengindikasikan bahwa gelombang panas India dapat melampaui batas kemampuan bertahan hidup bagi manusia sehat yang berteduh pada 2050," ungkap studi tersebut.
Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "Fakta-fakta Gelombang Panas Esktrem India, 24 Ribu Orang Jadi Korban"