Hagia Sophia

27 April 2023

Wanita Ini Didiagnosis Pneumonitis Usai 1 Tahun Konsumsi Rokok Elektronik

Viral wanita ngevape selama setahun, alami sesak napas 8 bulan. (Foto: iStock)

Seorang TikTokers sekaligus personal trainer di California didiagnosis pneumonitis atau peradangan paru-paru setelah satu tahun mengonsumsi rokok elektronik atau vape.

Wanita bernama Lucy Turchin yang kini berusia 35 tahun itu mengaku merasa sesak napas selama 9 bulan setelah mengalami pembengkakan pada jaringan paru-parunya. Kini, ia harus menggunakan masker N95 selama berada di ruang publik untuk mencegah menghirup zat iritan atau kimia tertentu.

Turchin mendeskripsikan kondisinya bagaikan sebuah 'mimpi buruk' dan mengaku dunianya hancur setelah menerima diagnosis tersebut.

"Saya sebelumnya memiliki hidup yang indah di depan nanti. Sekarang saya hanya terbaring di tempat tidur dan sesak napas setiap saat," ujar Turchin.

Gejala pertama kali ia rasakan 4 bulan setelah mengonsumsi rokok elektronik. Kala itu, ia merasa seringkali sesak napas diikuti dengan rasa sakit yang intens dan rasa tidak nyaman pada tenggorokannya.

"Paru-paru saya terasa seperti ada bahan kimia yang terbakar di dalamnya," katanya.

Kini, Turchin harus menggunakan bantuan kursi roda untuk berjalan jarak jauh dan terus menggunakan masker untuk menghindari zat-zat tertentu yang tak bisa ia hirup.

"Saya harus ekstra hati-hati terhadap paparan zat kimia. Saya tidak bisa menggunakan pemutih di rumah. Saya juga harus berhati-hati terhadap paparan asap rokok," pungkasnya.

"Saya kira itu lebih aman (dibandingkan rokok konvensional). Saya kira saya melakukan sesuatu yang lebih sehat," tambahnya.

Dikutip dari Daily Mail, meskipun banyak yang menganggap vape atau rokok elektronik adalah opsi yang lebih aman dibandingkan rokok konvensional, sebuah riset menunjukkan bahwa rokok elektronik sama bahayanya dengan rokok konvensional.

Popularitas rokok elektronik atau vape terus meningkat setiap tahunnya, terutama pada kalangan anak muda. Studi terbaru menunjukkan bahwa rokok elektronik juga meningkatkan risiko terhadap gangguan hati dan tidak efektif dalam membantu seseorang untuk berhenti merokok.

"Penting untuk memahami bahwa rokok elektronik tidak lebih aman daripada rokok konvensional. Rokok elektronik berpotensi membahayakan paru-paru karena menghirup zat kimia berbahaya yang bisa merusak paru-paru," jelas dr Ever Alias, MD, merespons salah satu video Turchin.





























Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "Viral Wanita Ngevape 1 Tahun Berujung Sakit Paru Kronis, Alami Sesak 9 Bulan"