Ilustrasi Jepang diterpa penurunan populasi 12 tahun berturut-turut. Foto: Financial Review |
Populasi Jepang menyusut selama 12 tahun berturut-turut. Mengacu pada data pemerintah Jepang yang dirilis pada Rabu (13/4/2023), kondisi tersebut dipicu oleh angka kematian yang meningkat sedangkan angka kelahiran terus menurun.
Pada 2022, populasi Jepang tercatat sebanyak 124,49 juta, menunjukkan penurunan sebesar 556.000 dari tahun sebelumnya.
"Sangat penting untuk mengambil tindakan tegas untuk mengatasi penurunan angka kelahiran, yang merupakan faktor utama penurunan populasi, sebagai salah satu masalah prioritas utama yang harus ditangani," ungkap Kepala Kabinet Sekretaris Kabinet, Hirokazu Matsuno, dalam konferensi pers dikutip dari CNN, Kamis (14/4/2023).
Diketahui, Jepang adalah salah satu negara dengan tingkat kelahiran terendah di dunia. Di samping itu, Jepang juga merupakan salah satu negara dengan harapan hidup tertinggi. Pada 2020, mengacu pada data pemerintah, hampir satu dari 1.500 orang di Jepang berusia 100 tahun atau lebih.
Artinya, populasi lansia membengkak, tenaga kerja menyusut, dan jumlah orang muda tidak cukup untuk mengisi kekosongan. Kondisi tersebut menimbulkan krisis demografis selama beberapa dekade.
Juga menurut data pemerintah, semua seluruh 47 prefektur di Jepang kecuali Tokyo melaporkan penurunan jumlah penduduk tahun lalu. Sebuah desa di Jepang juga mencatat hanya ada satu anak yang baru lahir setelah 25 tahun nihil kelahiran. Kelahiran tersebut digembar-gemborkan sebagai keajaiban bagi penduduk lanjut usia kota itu.
Anjloknya populasi di Jepang telah dinilai mengerikan. Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida menyebut negaranya telah di ambang tidak lagi bisa mempertahankan fungsi sosia imbas penurunan angka kelahiran.
Ia menegaskan, kini upaya pemberian dukungan kepada warga untuk membesarkan anak adalah kebijakan pemerintah paling penting. Penyelesaian terhadap masalah penurunan populasi tersebut juga tidak bisa ditunda lebih lama lagi.
Sebelumnya ia memprediksi, pada 2030 mendatang, jumlah anak muda di Jepang hanya akan ada setengah dari jumlah saat ini.
Hal itu diungkapkannya dalam kondisi jumlah bayi yang lahir di Jepang pada 2022 turun ke rekor terendah baru selama tujuh tahun berturut-turut, mencapai di bawah 800.000 kelahiran untuk pertama kalinya sejak pencatatan dimulai pada 1899.
"Pada tahun 2030-an, populasi muda di Jepang akan menurun dua kali lipat dari angka saat ini. Enam hingga tujuh tahun ke depan akan menjadi kesempatan terakhir untuk membalikkan angka kelahiran yang menurun," beber Kishida.
Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "Populasi Jepang Anjlok 12 Tahun Berturut-turut, Ini Dampak yang Dikhawatirkan"