istimewa |
Virus Marburg mewabah di Afrika, ada enam kasus baru yang teridentifikasi Sabtu (15/4/2023). Keenam pasien terkonfirmasi positif Marburg dengan gejala demam, muntah darah, bahkan berujung fatal.
Total dari 20 kasus yang diduga terkait virus Marburg, baru tujuh di antaranya yang dipastikan meninggal karena virus Marburg. Penularannya bisa terjadi antarmanusia saat ada kontak erat.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengingatkan angka kematian akibat penyakit ini relatif amat tinggi yakni 88 sampai 90 persen. Mayoritas yang terpapar tidak selamat.
Namun, mungkinkah menjadi next pandemi?
Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes RI dr Siti Nadia Tarmizi beberapa waktu lalu menyebut meski penularan Marburg bisa terjadi antarmanusia, masih sedikit transmisi kasus yang ditemukan dari penyebaran tersebut.
"Penularannya tidak mudah. Ini lewat cairan tubuh. Jadi air liur, jadi makanya tidak terlalu khawatir lewat saluran pernapasan," kata dia.
Terpisah, kemunculan banyak penyakit sejak kasus COVID-19 mereda menurut ahli epidemiologi menjadi pertanda ancaman wabah tak akan berhenti.
"Ini mengingatkan kita bahwa di masa fase akut COVID ini sudah bisa kita lewati dengan modal imunitas ya. Ancaman wabah berikutnya itu sebenarnya sudah antre, artinya perilaku hidup bersih sehat ini sangat dituntut," ucap Dicky ketika dihubungi detikcom, Sabtu lalu.
Sementara WHO mengingatkan Afrika untuk terus memantau penyebaran demi meminimalisir wabah terus meluas.
"Konfirmasi kasus-kasus baru ini merupakan sinyal penting untuk meningkatkan upaya respons guna menghentikan rantai penularan dengan cepat dan mencegah potensi wabah skala besar dan kematian," kata Dr Matshidiso Moeti, Direktur Regional World Health Organization (WHO) untuk Afrika.
"Marburg sangat ganas tetapi dapat dikendalikan dan dihentikan secara efektif dengan segera menerapkan berbagai tindakan tanggap wabah," lanjut dia.
Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "Kasus Virus Marburg Lagi-lagi Nambah, WHO Waswas Angka Kematian Tinggi"