COVID-19 di Indonesia, (Foto ilustrasi: Grandyos Zafna) |
Kasus COVID-19 di DKI Jakarta terpantau mulai menurun pasca puncak COVID-19 akibat Arcturus diyakini terlewati pekan lalu. Namun, Kepala Seksi Surveilans Imunisasi Dinkes DKI dr Ngabila Salama menyebut angka kasus kematian relatif masih tinggi.
Masyarakat diimbau untuk segera melakukan vaksinasi COVID-19 booster. Bagi yang semula mendapatkan vaksinasi dosis kedua Pfizer, kini bisa melanjutkan vaksinasi booster dengan IndoVac.
"Kondisi sangat terkendali, jumlah kasus menurun pada seminggu terakhir. Kematian masih tren meningkat, ada 23 kematian seminggu terakhir. Untuk puncak kematian biasanya mundur 7-14 hari dari puncak kasus. Karena rata-rata kematian 7-14 hari dari masuk rawat inap RS," sebut dia dalam keterangan tertulis yang diterima detikcom Senin (15/5/2023).
Kasus kematian didominasi oleh mereka yang memiliki riwayat komorbid, juga kelompok yang belum divaksinasi COVID-19 booster kedua.
"Yang meninggal 50 persen belum vaksin sama sekali dan 50 persen lainnya belum vaksin dosis ke-4. Semua yang meninggal memiliki komorbid," sambungnya.
dr Ngabila mengingatkan untuk tetap memakai masker di wilayah risiko tinggi penularan COVID-19. Terlebih, saat orang sekitar menunjukkan gejala seperti batuk maupun bersin.
"Cegah sakit dengan disiplin bermasker jika bertemu orang sakit atau di tempat umum dan menjaga imunitas baik dengan pola hidup sehat," pesan dia.
"Cegah keparahan dan kematian dengan vaksinasi lengkap dan deteksi dini serta kontrol komorbid. Jangan panik, kondisi COVID-19 sudah sangat terkendali dan aman," pungkas dia.
Kabar baiknya, tren perawatan COVID-19 di RS juga menurun menjadi di angka 12 persen pekan ini.
Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "Puncak Kematian Arcturus DKI Belum Terlewati, Kasus Paling Banyak di Kelompok Ini"