Kualitas udara buruk imbas kemacetan Jakarta dapat memicu penyakit pernapasan. (Foto: ANTARA FOTO/FAUZAN) |
Setelah hampir dua pekan ditinggal orang-orang mudik lebaran, jalanan kota Jakarta kembali padat lagi beberapa hari belakangan ini. Sejumlah pekerja berbondong-bondong menggunakan kendaraan pribadi atau transportasi umum menuju kantor untuk kembali memulai aktivitas mencari nafkah.
Sepanjang perjalanan itu mereka menghirup polusi udara kotor yang menyelimuti jakarta. Lantas, bahaya nggak sih untuk kesehatan, terutama pada kesehatan paru dan mereka yang mengidap asma?
Menurut dokter spesialis paru dari Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, Dr H Mohammad Yanuar Fajar Sp P, FISR, FAPSR, MARS, polusi udara yang buruk imbas kemacetan seperti yang terjadi di Jakarta tak hanya memicu serangan asma, tetapi juga bisa berisiko terkena penyakit paru yang lebih berbahaya, yaitu Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK).
Hal ini dikarenakan zat-zat dari kendaraan seperti knalpot dan polusi udara yang buruk, membuat seseorang menghirup gas-gas beracun.
"Itu bukan memicu asma saja, tetapi juga ada penyakit yang lebih berbahaya dari asma namanya PPOK," kata Dr Yanuar.
Dr Yanuar menjelaskan, penyakit PPOK memang memiliki gejala yang sama dengan asma. Namun bedanya, penyakit tersebut semakin lama semakin memburuk. Berbeda dengan asma yang masih bisa dikontrol dengan pengobatan yang baik.
"Kalau saya di rumah sakit bercanda dengan pasien, 'jadi saya bagaimana Dok,' saya bilang satu-satunya jalan pindah kota," canda Dr Yanuar.
Berdasarkan pantauan detikcom di website AQI In, kualitas udara di DKI Jakarta berada pada angka 104 (moderate) menurut data yang diupdate 10 Mei 2023 jam 02:05 PM. Artinya, tingkat kualitas udara yang berpengaruh pada manusia atau hewan dengan kondisi tubuh yang sensitif.
Meskipun demikian, angka AQI tersebut tak selalu sama setiap waktu dan akan terus berubah.
Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "Jakarta Macetnya Ampun-ampunan, Dokter Paru Beri Warning soal Polusi!"