Ilustrasi konsultasi pasien PTSD. Foto: Getty Images/iStockphoto/PeopleImages |
Post-traumatic stress disorder (PTSD) adalah kondisi kesehatan mental yang dipicu peristiwa menakutkan di masa lampau. Risiko ini berlaku bagi yang ikut mengalami atau menyaksikan kejadian tersebut.
Gangguan mentak ini berisiko terjadi pada korban kekerasan fisik atau seksual, perang, kecelakaan, bencana alam. Gejala PTSD biasanya muncul beberapa minggu atau bulan, tidak segera terlihat.
Bukan tidak mungkin PTSD mengganggu aktivitas sehari-hari. Karena itu, tidak ada salahnya membahas PTSD, pencegahan, dan pengobatannya lebih detail.
Apa Itu PTSD?
Post-traumatic stress disorder (PTSD) adalah gangguan kesehatan mental yang mungkin dialami seseorang setelah mengalami peristiwa traumatis. Dahulu, kondisi ini dikenal dengan nama shell shock.
Peristiwa traumatis ini sebetulnya tidak selalu membahayakan pasien PTSD. Namun meninggalkan memori yang kurang menyenangkan, misal ketika orang tua atau anggota keluarga lainnya meninggal dunia.
Pada beberapa kasus, gejala PTSD hilang sendiri. Namun pada kasus lainnya, pasien wajib konsultasi ke dokter untuk mendapat penanganan secepatnya. Contohnya ketika ketakutan mengakibatkan penurunan produktivitas.
Contoh PTSD
Kasus PTSD sempat dialami para pesohor Indonesia dan dunia. Mereka tak ragu mengupload kondisi mentalnya di media sosial, yang tentunya bisa menjadi pelajaran bagi masyarakat umum.
Berikut beberapa contoh kasus PTSD dikutip dari Reuters:
PTSD pada Ariana Grande
Pelantun God is a Woman ini mengunggah hasil scan otaknya yang menunjukkan kondisi PTSD di Instagram story. Grande mengalami PTSD usai bom bunuh diri saat konser di Manchester, Inggris, pada 2017.
PTSD pada Venna Melinda
Artis dan politisi Vena Melinda menjelaskan PTSD yang dialaminya, ketika menjadi korban KDRT. Venna berharap bisa segera pulih, sehingga bisa kembali beraktivitas seperti biasa.
PTSD pada Hailey Bieber
Istri Justin Bieber ini menjelaskan kondisi kesehatan mentalnya dalam sebuah podcast. PTSD dialaminya usai serangan stroke ringan di Palm Springs, California. Sejak itu dia ketakutan tiap kali mengunjungi wilayah tersebut dan mengingat sensasi saat stroke.
PTSD pada korban gempa Turki-Suriah
Wilayah Turki dan Suriah mengalami gempa dengan kekuatan 6,4 magnitudo pada Februari 2023. Korban yang terdiagnosa PTSD kebanyakan trauma dengan guncangan dan pemandangan usai gempa.
Penyebab PTSD
PTSD dapat terjadi setelah peristiwa yang sangat menegangkan, menakutkan, atau menyedihkan. Ini dapat menjadi traumatis yang berkepanjangan.
Jenis peristiwa yang dapat menyebabkan PTSD meliputi:
- Kecelakaan serius
- Kekerasan fisik atau seksual
- Pelecehan, termasuk pelecehan masa kecil atau kekerasan dalam rumah tangga
- Masalah kesehatan yang serius, seperti dirawat di ruang perawatan intensif
- Pengalaman melahirkan, seperti kehilangan bayi
- Kematian seseorang terdekat
- Perang dan konflik
- Penyiksaan
- Bencana alam.
Selain hal-hal di atas, struktur otak dan hormon stres juga dapat berperan dalam penyebab PTSD. Penderita PTSD memiliki tingkat hormon stres yang tinggi selama peristiwa traumatis. Tingginya jumlah hormon ini dapat menjadi penyebab beberapa gejala PTSD, seperti mati rasa dan hyperarousal.
Gejala PTSD
Dikutip dari Mayo Clinic, umumnya gejala PTSD dibagi menjadi 4 jenis, yaitu:
Kenangan peristiwa traumatis
Penderita PTSD kerap mengingat atau membicarakan kejadian yang membuatnya trauma. Gejala ini membuat penderita merasakan kembali kejadian tersebut. Ingatan ini juga dapat muncul dalam mimpi atau kilas balik seketika.
Mengelak atau menghindar
Gejala ini membuat kamu mencoba untuk tidak membicarakan atau memikirkan peristiwa tersebut. Untuk itu biasanya penderita PTSD diharuskan untuk menghindari orang, tempat, atau peristiwa yang mengingatkannya karena akan menjadi pemicu stres.
Perubahan suasana hati dan pikiran negatif
Wajarnya, suasana hati berubah secara teratur. Namun, penderita PTSD mengalami kesulitan akan hal ini.Para penderita PTSD dapat merasa sedih, mati rasa, dan putus asa secara tiba-tiba.
Kamu juga mungkin dapat bersikap keras terhadap diri sendiri, dengan rasa bersalah yang besar atau membenci diri sendiri. Gejala ini dapat memperburuk hubungan kamu dengan lingkungan sosialmu.
Perubahan perilaku dan emosi
PTSD juga dapat menyebabkan ledakan emosi yang tidak biasa, seperti mudah terkejut, takut, marah, atau semacamnya. Bahkan, hal ini dapat menyebabkan penderita melakukan tindakan yang dapat menyakiti atau melukai diri sendiri.
PTSD tidak hanya diderita orang dewasa, anak-anak dibawah umur juga dapat mengalaminya. Terdapat gejala khusus PTSD pada anak-anak yaitu:
- Memerankan kembali peristiwa traumatis atau aspek-aspek dari peristiwa traumatis melalui permainan.
- Mimpi yang menakutkan yang mungkin atau mungkin tidak mencakup aspek-aspek dari peristiwa traumatis.
Dengan demikian gejala PTSD adalah:
- Pikiran yang mengganggu, sehingga kamu tidak bisa berhenti memikirkan peristiwa traumatis
- Perubahan suasana hati seperti merasa putus asa, mati rasa, atau cemas
- Mudah terkejut
- Merasa sangat bersalah atau malu
- Merasa tidak tertarik pada hubungan, karier, atau hobi
- Kilas balik, yang mungkin membuat kamu merasa seperti menghidupkan kembali peristiwa traumatis
- Mimpi buruk
- Merasa tertekan secara emosional ketika ada sesuatu yang mengingatkan kamu tentang peristiwa tersebut
- Kesulitan berkonsentrasi, tidur, atau makan
- Terlibat dalam perilaku yang merusak diri sendiri, seperti penggunaan narkoba
- Melukai diri sendiri
- Pikiran untuk bunuh diri
- Serangan panik
- Keyakinan atau ekspektasi negatif tentang diri sendiri, orang lain, atau dunia sekitar.
Pengobatan PTSD
Pengobatan PTSD berfungsi untuk membantu para penderitanya untuk bisa mengontrol emosi dan menghilangkan beban gejala PTSD. Berikut pengobatan yang biasa diberikan:
- Psikoterapi dapat mengajarkan kamu tentang gejala-gejala yang dialami. Kamu akan belajar bagaimana mengidentifikasi apa yang menjadi pemicunya dan bagaimana mengelolanya.
- Obat-obatan juga dapat membantu mengatasi gejala PTSD. Obat antidepresan dapat membantu mengendalikan gejala-gejala seperti kesedihan, kekhawatiran, kemarahan, dan perasaan mati rasa. Obat-obatan yang lainnya dapat membantu mengatasi masalah tidur dan mimpi buruk.
Pencegahan PTSD
Ada beberapa faktor tertentu yang dapat membantu mengurangi risiko terkena PTSD. Mengutip dari Medlineplus, faktor-faktor ini dikenal sebagai faktor ketahanan yaitu:
- Dukungan dari orang terdekat, seperti teman, keluarga, atau para komunitas terkait
- Belajar untuk merasa nyaman dengan diri sendiri dalam menghadapi bahaya
- Memiliki strategi untuk melewati kejadian buruk dan belajar dari hal tersebut
- Mampu bertindak dan merespons secara efektif meskipun merasa takut.
Peneliti menyimpulkan bahwa pencegahan ini sangat penting untuk mengurangi resiko PTSD. Ini dipercaya dapat membuat para penderitanya dapat mengontrol emosi saat mengalami gejala yang tiba-tiba muncul.
Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "Pengertian PTSD: 10 Penyebab, 14 Gejala, dan Contohnya"