Ilustrasi polusi udara di DKI Jakarta. (Foto: Khadijah Nur Azizah/detikHealth) |
Udara DKI Jakarta sedang tak baik-baik saja. Situs AQIair menunjukkan konsentrasi PM2.5 di DKI 11,8 kali lipat di atas pedoman aman Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) berdasarkan pantauan detikcom pukul 13:05 WIB.
Menurut staf pengajar divisi onkologi toraks Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FK UI) dr Sita Andarini PhD, SpP (K) kadar PM 2.5 yang terlampau tinggi tentu bisa menimbulkan gejala akibat gangguan respirasi atau pernapasan. dr Sita meminta masyarakat selalu memantau kondisi kualitas udara di sekitar saat hendak bepergian.
"Iya untuk polusi udara memang ada particulate meter PM 2.5, ada bagian gas yang berbahaya contohnya sulfur dan yang lainnya. Dan untuk PM gas tersebut tentu saja menimbulkan gejala gangguan respirasi seperti misalnya batuk, kemudian asma, kambuh," kata dr Sitha saat ditemui detikcom di kawasan Jakarta Pusat, Rabu (31/5/2023).
"Dan penelitian jangka panjang ada juga kaitan dengan terjadinya kanker," sebut dia.
Tidak sedikit masyarakat yang kemudian mengeluhkan batuk tak kunjung sembuh di tengah polusi tinggi. Per hari ini, Rabu (31/5) tingkat polusi tinggi DKI Jakarta sudah masuk kategori merah atau tidak sehat sejak pukul 03:00 WIB.
Menurut dr Sita, ada kondisi batuk yang wajib diwaspadai mengarah pada pertanda kanker. Orang yang mengeluhkan batuk tidak kunjung henti dalam berminggu-minggu sebaiknya segera melakukan pemeriksaan lanjut di fasilitas kesehatan.
"Batuk lebih dari 2 minggu tidak sembuh dengan pengobatan biasa, periksakan ke dokter," terang dia.
"Lebih dari dua minggu tidak ada perubahan segera periksa ke dokter," lanjutnya.
Risiko batuk pertanda kanker paru juga harus diwaspadai kelompok berisiko seperti mereka dengan riwayat keluarga kanker, orang yang bekerja di tambang. dr Sitha menyarankan untuk rutin melakukan skrining sebagai kewaspadaan dini, seperti misalnya foto thorax secara rutin.
"Memang agak complicated kalau kita lihat dengan polusi udara, yang penting kita perhatikan berapa persen kadar sulfur, kadar PM, kalau misalnya di wilayah masih hijau ya relatif aman," tuturnya.
Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "Polusi DKI Ugal-ugalan Bikin Batuk Tak Kunjung Sembuh, Waspadai Kanker Paru"