Dampak bom atom di Jepang. (Foto: DW News) |
Sosok penemu bom atom pertama di dunia Julius Robert Oppenheimer banyak diperbincangkan usai kisah hidupnya diangkat menjadi film oleh sutradara Christopher Nolan yang berjudul 'Oppenheimer'.
Oppenheimer mendapatkan julukan 'bapak bom atom' ketika Amerika tengah menjalankan Proyek Manhattan. Proyek tersebut merupakan penelitian di era Perang Dunia II untuk membuat senjata nuklir.
Oppenheimer pada proyek tersebut menjabat sebagai direktur Laboratorium Los Alamos dan bertanggung jawab dalam proses melakukan riset dan desain bom atom. Proyek Manhattan menghasilkan peledakan tiga bom nuklir pada 1945 yaitu tes nuklir di New Mexico, bom uranium di Hiroshima, dan bom plutonium di Nagasaki.
Kisah Korban Selamat Bom Nuklir
Sosok itu adalah Tsutomu Yamaguchi seorang insinyur angkatan laut yang saat itu sedang bersiap untuk meninggalkan Hiroshima saat bom jatuh. Yamaguchi yang saat itu masih berusia 29 tahun sedang berada di perjalanan bisnis bersama atasannya.
Pada 6 Agustus 1945 pukul 8:15 pagi, Yamaguchi tengah bersiap berjalan ke galangan kapal sampai ia melihat ke arah langit sebuah pesawat pengebom Amerika terbang di atas kota. Yamaguchi mengatakan bahwa langit tiba-tiba meletus dalam kobaran cahaya.
Namun beruntung, Yamaguchi sempat menyelam ke dalam selokan sampai akhirnya ia tersedot ke udara seperti tornado dan terlempar.
"Saya tidak tahu apa yang terjadi. Saya pikir saya pingsan sementara waktu dan ketika membuka mata semuanya gelap. Saya tidak bisa melihat banyak," katanya dikutip dari History, Sabtu (22/7/2023).
Yamaguchi dikelilingi semburan abu berjatuhan, wajah dan lengan bawahnya terbakar parah, dan kedua gendang telinganya pecah.
Ia yang berjalan kebingungan akhirnya memutuskan untuk pergi ke stasiun kereta api yang entah bagaimana saat itu masih beroperasi. Ia menaiki kereta yang penuh penumpang dengan luka bakar.
Ledakan tersebut menewaskan sekitar 80 ribu orang dan puluhan ribu orang lainnya juga ikut tewas dalam minggu-minggu selanjutnya.
Pada tanggal 8 Agustus, Yamaguchi sampai di kampung halamannya di Nagasaki dan tertatih-tatih di rumah sakit. Kondisi luka bakar yang dialami Yamaguchi begitu parah hingga pihak keluarga sempat tidak mengenalinya.
Tak hanya sekali, Yamaguchi kembali menjadi korban ledakan bom atom kedua di Nagasaki pada 9 Agustus yang kekuatannya disebut jauh lebih kuat daripada bom atom yang meledak di Hiroshima.
Namun kembali beruntung, bentuk kota Nagasaki yang berbukit meredam ledakan hingga ke tempatnya. Yamaguchi kembali terpapar radiasi namun ia relatif tidak terluka untuk kejadian kedua.
Karena paparan radiasi dosis ganda, rambut Yamaguchi rontok, luka di kulitnya menjadi gangrene, dan ia juga muntah terus tanpa henti.
"Saya sakit demam parah dengan demam. Hampir tidak makan apa-apa bahkan hampir tidak minum. Saya pikir saya akan mati," katanya.
Tak seperti korban paparan radiasi lainnya, kondisi Yamaguchi cenderung baik dan mulai pulih sehingga ia bisa menjalani kehidupan dengan relatif normal. Ia bahkan kembali bekerja dan memiliki dua anak lagi pada tahun 1950-an.
Yamaguchi akhirnya meninggal dunia pada tahun 4 Januari 2010 pada usia 93 tahun.
Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "Kisah Ngeri Korban yang Selamat dari Ledakan Bom Hiroshima-Nagasaki"