Hagia Sophia

19 July 2023

Memperingati Tahun Baru Islam

Pawai obor menyambut Tahun Baru Hijriyah. Foto: Antara Foto/Yulius Satria Wijaya

Ketika bulan sabit baru muncul pada 18 Juli 2023, umat Islam di seluruh dunia merayakan awal Tahun Baru Islam 1445 H, yang juga disebut Hijrī atau Tahun Baru Hijriyah. Bagi umat Islam, Muharram adalah bulan suci yang dimulai setiap tahun baru dan menjadi waktu untuk merenung.

Berikut adalah hal-hal yang perlu kalian tahu tentang asal-usul Tahun Baru Islam, bagaimana Tahun Baru Hijriyah diamati di seluruh dunia, dan mengapa terjadi pada pertengahan Juli, seperti dikutip dari National Geographic.

Asal usul kalender hijriyah

Tahun Baru Islam berlangsung selama bulan pertama hijriyah, atau kalender qomariyah. Meskipun mayoritas negara Islam diatur oleh kalender Matahari Gregorian, kalender qomariyah digunakan untuk menghitung tanggal hari raya keagamaan dan peringatan penting seperti ibadah haji. Untuk diketahui, sistem penanggalan kalender qomariyah atau kalender hijriyah berdasarkan peredaran Bulan.

Karena kalender hijriyah bergantung pada pergerakan bulan, kalender Muslim hanya memiliki 354 atau 355 hari, membuatnya sekitar 11 hari lebih pendek dari kalender Matahari atau kalender Masehi yang memiliki 365 hari (366 tahun kabisat).

Umar bin Khattab, sebagai khalifah Muslim kedua, melembagakan kalender pada tahun 639 M sebagai bagian dari upaya yang lebih luas untuk membakukan dan mengatur kehidupan dan tradisi Islam. Ia menetapkan awal kalender hijriyah berdasarkan peringatan penting, yakni menandai musim panas tahun 622 M ketika Nabi Muhammad dan para pengikutnya telah bermigrasi secara rahasia dari Mekah, kota di Arab Saudi tempat nabi dilahirkan, ke Madinah. Peristiwa migrasi itu, dikenal dengan sebutan hijrah. Selanjutnya, tanggal tersebut secara luas dipandang sebagai permulaan Islam, baik sebagai agama yang terorganisir maupun lembaga politik.

Meskipun kalender hijriyah memiliki titik awal yang berbeda, hari dan waktu awal bulannya dapat berbeda di setiap wilayah karena bergantung pada penampakan pertama bulan sabit baru (di waktu Maghrib atau saat Matahari terbenam).

Memperingati Muharram

Dalam bahasa Arab, kata muharram berarti terlarang, ini adalah sebuah petunjuk tentang arti bulan itu. Al-Qur'an melarang perang atau pertempuran selama Muharram dan tiga bulan suci lainnya. Muslim di seluruh dunia memperingati seluruh bulan Muharram dengan berdoa dan berkumpul beribadah bersama keluarga.

Dua sekte besar Islam mengamati bulan pertama tahun ini secara berbeda. Perbedaan-perbedaan ini dapat ditelusuri kembali ke tahun 680 M yakni peristiwa kematian cucu Muhammad, Husayn Ibn Ali al-Hussein, selama pertempuran yang menyebabkan perpecahan antara Muslim Syiah dan Sunni.

Saat bulan dimulai, Muslim Syiah memperingati 10 hari berkabung, yang berpuncak pada Asyura pada hari ke 10 untuk berkabung atas kematian al-Hussein. Beberapa Muslim Syiah berpartisipasi dalam peringatan berkabung hari itu. Ada juga yang mencambuk diri menggunakan tangan, rantai, atau bahkan pisau sebagai cara untuk mengenang penderitaan al-Hussein. Meskipun beberapa cendekiawan Muslim berpendapat bahwa praktik dramatis itu diperbolehkan, yang lain menolak pendapat tersebut, dan hal ini merusak hubungan antara kedua sekte tersebut.

Sementara itu, beberapa Muslim Sunni menjalankan Asyura dengan puasa dan juga sholat, tetapi mereka melakukannya untuk menghormati puasa yang dilakukan oleh Nabi Muhammad di Madinah setelah ia hijrah ke sana. Namun, ada perbedaan pendapat di kalangan ulama Sunni tentang apakah puasa Asyura diperbolehkan atau tidak.

Bagi muslim di beberapa negara, bulan Muharram diperingati dengan menyediakan makanan khusus, antara lain nasi yang diberi saffron untuk dibagikan kepada para peziarah di Garmsar, Iran. Sedangkan di Hyderabad, India, mereka membuat minuman susu bernama doodh ka sharbat. Susu ini dikonsumsi untuk mengenang rasa haus yang dialami al-Hussein dan para pengikutnya selama pertempuran fatal itu.

Berbeda dengan Tahun Baru Masehi, Muharram bukan waktu untuk berpesta pora dan menyalakan kembang api. Bagi mereka yang mengamatinya, Tahun Baru Hijrah adalah peringatan tahunan akan berlalunya waktu, mengingatkan akan sejarah panjang Islam, dan ketangguhan umat Islam.

Muslim di Indonesia, umumnya memperingati Tahun Baru Muharram dengan membaca doa tutup tahun dan awal tahun. Organisasi-organisasi Islam terutama di sekolah biasanya sering mengadakan malam bina taqwa atau mabit pada momen ini. Tujuan diadakannya mabit adalah untuk meningkatkan iman dan taqwa, mendekatkan diri kepada Allah SWT, dan menumbuhkan muhasabah (perenungan) diri. Selain itu, di sejumlah daerah masih banyak yang melestarikan tradisi pawai obor sebagai bentuk syiar Islam. Pawai obor di awal tahun Hijriyah sarat dengan semangat hijrah Nabi Muhammad.



























Artikel ini telah tayang di inet.detik.com dengan judul "Mengenal Tahun Baru Islam dan Bagaimana Muslim Merayakannya"