Foto ilustrasi: Dok. Detikcom |
Jumlah korban yang berjatuhan akibat gelombang panas di Korea Selatan semakin bertambah. Kali ini, ratusan peserta Jambore Pramuka Dunia dilarikan ke rumah sakit setelah menjadi korban cuaca yang sangat terik tersebut.
Dikutip dari The Guardian, pada Selasa (1/8) Korea Selatan menggelar acara Jambore Pramuka Dunia yang diikuti oleh lebih dari 43.000 pramuka dari 158 negara.
Pada akhir hari pertama acara, sekitar 400 orang jatuh sakit dan mengalami gejala terkait suhu panas seperti pusing, sakit kepala, dan kelelahan. Kemudian pada Rabu (2/8), jumlah kasus orang yang jatuh sakit akibat suhu panas meningkat sebanyak 207 kasus.
Diketahui, mereka jatuh sakit setelah mengikuti acara yang digelar Buan, Korea Selatan. Lokasi tersebut merupakan tanah lapang yang tidak memiliki banyak pepohonan sebagai tempat berteduh.
Salah satu peserta jambore mengungkapkan dirinya merasa sangat kelelahan. Bahkan di tempat teduh sekalipun, dia masih bisa merasakan hawa panas yang menyengat.
"Aku sangat kelelahan. Sulit mencari tempat berteduh (di sini), dan ketika kamu di dalamnya, hawanya masih sangat panas. Hampir tidak ada angin di sini," ujarnya dikutip dari The Guardian, Kamis (3/8/2023).
Tak hanya peserta jambore saja, gelombang panas juga mengancam masyarakat di sejumlah wilayah di Korea Selatan. Dikutip dari BNA, tercatat sudah ada 23 korban yang meninggal akibat suhu panas yang ekstrem.
Hal ini membuat pemerintah Korea Selatan untuk pertama kalinya dalam empat tahun terakhir menaikkan peringatan gelombang panas menjadi 'serius', yang mana merupakan tingkat tertinggi dari sistem peringatan empat tahap.
Peringatan tingkat serius itu dikeluarkan lantaran suhu luar ruangan di Korea Selatan sudah mencapai lebih dari 35 derajat celcius. Pemerintah juga mengimbau masyarakat untuk tidak beraktivitas di luar ruangan selama kondisi tersebut.
Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "Korsel Dihantam Gelombang Panas, 23 Orang Tewas"