Benarkah hujan buatan berbahaya? (Foto: Ferdi Almunanda/detikcom) |
Hujan yang mengguyur sejumlah wilayah di Jabodetabek belakangan ini merupakan hasil modifikasi cuaca untuk mengatasi polusi udara. Namun beredar kabar hujan buatan karena modifikasi cuaca tidak baik bagi kesehatan.
Disebutkan kualitas air hujan sangat berisiko bagi kesehatan manusia jika bersentuhan langsung, karena tingkat keasaman airnya yang sangat tinggi.
Menanggapi terkait hal tersebut, Koordinator Laboratorium Pengelolaan TMC (Teknologi Modifikasi Cuaca) BRIN, Budi Harsoyo menjelaskan teknologi hujan buatan tidak menggunakan bahan kimia yang bersifat asam, seperti hujan asam atau hujan dengan air dengan pH di bawah 5,6.
"Bahan kimia yang digunakan hanya NaCl atau garam dapur yang bersifat netral dan dikonsumsi setiap hari oleh manusia. Yang membedakan garam untuk TMC dan konsumsi manusia adalah proses pembuatannya, di mana garam untuk hujan buatan mengalami proses penggilingan hingga 2 - 3 kali untuk memperoleh ukuran yang jauh lebih kecil daripada garam dapur," jelasnya kepada detikcom ditulis Rabu (30/8/2023).
Sementara itu garam yang ditaburkan ke dalam awan juga memiliki konsentrasi yang sangat rendah dibandingkan dengan ukuran awan, sehingga tidak merusak sifat kimia dari air hujan.
"Jadi air hujan buatan tidak memiliki rasa, dan bau yang berbeda dari air hujan biasa. Air hujan dari proses hujan buatan sudah teruji di laboratorium bahwa air hujan buatan tidak memiliki sifat yang berbeda dengan air hujan biasa," jelasnya.
Lebih lanjut Budi Harsono menjelaskan hujan asam adalah hujan dengan air hujan dengan pH di bawah 5,6. Hujan secara alami bersifat asam lemah (pH sedikit di bawah 6) karena adanya gas karbondioksida (CO2) di udara yang larut dengan air hujan membentuk asam karbonat H2CO3. Jenis asam dalam hujan ini memiliki manfaat untuk melarutkan mineral di dalam tanah, sehingga dapat dimanfaatkan oleh hewan dan tumbuhan.
Hujan asam disebabkan oleh adanya gas pembentuk asam kuat di dalam atmosfer yang terlarut dalam air hujan. Gas ini umumnya adalah oksida dari belerang (SOx) dan oksida dari oksida dari Nitrogen (NOx).
Belerang sendiri adalah pengotor dalam bahan bakar minyak, serta oksida nitrogen berasal dari udara dan pembakaran material organik termasuk lahan gambut.
Jika bereaksi dengan air hujan, maka oksida belerang dan oksida Nitrogen akan berubah menjadi asam sulfat (H2SO4) dan asam nitrat (HNO3) yang merupakan asam kuat. Hujan asam sendiri memiliki pH hingga 4.
"Jika terkena manusia, dan hewan darat, umumnya tidak memberikan efek secara langsung dan kurang berbahaya. Tetapi Hujan asam sangat berbahaya untuk tumbuhan dan hewan air karena proses hidupnya bergantung dengan kondisi air di lingkungan," terangnya.
"Selain itu hujan asam akan merusak struktur bangunan karena mudah menyebabkan korosi di bangunan dan logam," tandasnya.
Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "Benarkah Hujan Buatan Bahaya karena Mengandung Asam? Ini Faktanya"