Hagia Sophia

27 September 2023

Pakar: Disease X 20 Kali Lebih Mematikan dari COVID-19

Ilustrasi. Foto: Getty Images/iStockphoto/ktsimage

Praktisi kesehatan di Inggris menyampaikan peringatan akan risiko pandemi baru 'Disease X'. Penyakit ini diyakini berisiko memicu kematian yang jauh lebih besar dibandingkan COVID-19, mencapai setidaknya 50 kasus kematian di dunia.

'Disease X' merujuk pada istilah yang sebelumnya diciptakan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Saat itu mereka memperingatkan, potensi pandemi baru ini mempunyai kemampuan mengakibatkan kematian 20 kali lebih besar dibandingkan COVID-19, yang mulai pada 2020 dan telah merenggut nyawa lebih dari 2,5 juta orang di dunia.

"Saya akan menjelaskannya begini, pandemi flu pada tahun 1918-19 telah menewaskan sedikitnya 50 juta orang di seluruh dunia, dua kali lebih banyak dibandingkan jumlah korban jiwa pada Perang Dunia I," ungkap pakar vaksin Dame Kate Bingham kepada Daily Mail, dikutip Senin (25/9/2023).

"Saat ini, kita dapat memperkirakan jumlah kematian yang sama disebabkan oleh salah satu dari sekian banyak virus yang sudah ada. Dunia harus mempersiapkan upaya vaksinasi massal dan memberikan dosis dalam waktu singkat," imbuhnya.

Hingga kini, para ilmuwan telah mengidentifikasi 25 keluarga virus. Namun begitu menurut Dame Kate masih ada jutaan virus yang belum ditemukan. Virus-virus inilah yang berpotensi berkembang menjadi pandemi baru yang lebih fatal daripada COVID-19.

"Dalam arti tertentu, kita beruntung dengan COVID-19, meskipun faktanya penyakit ini menyebabkan 20 juta atau lebih kematian di seluruh dunia," beber Dame Kate.

"Intinya sebagian besar orang yang terinfeksi virus ini berhasil pulih. Bayangkan Disease X menular seperti campak dengan tingkat kematian akibat Ebola (67 persen) Di suatu tempat di dunia, penyakit ini menyebar, dan cepat atau lambat, seseorang akan mulai merasa sakit," pungkasnya.




























Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "Berisiko Jadi Pandemi Baru, Disease X Disebut 20 Kali Lebih Mematikan dari COVID"