Foto:TikTok/@titaniaheap (atas izin yang bersangkutan) |
Siapa sangka, gejala haid 'biasa' menjadi pertanda penyakit ganas yang mengancam nyawa. Seperti kisah nyata yang dialami seorang traveler, Titaniaheap (24).
Melalui akun TikTok pribadinya @titaniaheap, wanita yang tinggal di Jakarta ini mendapat sorotan dari warganet, khususnya para wanita. Pasalnya, wanita ini mengidap kanker endometrium stadium 4 yang telah menyebar ke beberapa bagian tubuhnya dalam waktu yang sangat singkat. Tidak hanya itu, gejala yang dialami kerap kali dianggap gejala umum menstruasi kebanyakan wanita.
Titania mengaku bahwa sejak dulu siklus menstruasinya tidak teratur. Terlebih, selang waktu antar periode menstruasi yang ia alami bisa sangat panjang, yakni 5 bulan sekali bahkan 1 tahun sekali.
"Kayak bisa 5 bulan sekali, 6 bulan sekali, pernah juga 1 tahun sekali, tapi sekalinya datang bulan itu kayak banyak banget dan cuman sebentar, paling seminggu udah selesai. Dan datang bulannya lagi bisa 5 atau 6 bulan lagi, nggak lancar dari dulu," ujar Titaniaheap kepada detikcom, Rabu (18/10/2023).
Pada tahun 2020, Titania mengalami gejala yang sebelumnya belum pernah ia alami. Dirinya mulai merasa sakit perut ketika haid yang ia kira gejala sakit perut biasa. Ia juga mendapati darah menstruasinya yang berupa gumpalan-gumpalan dengan volume yang banyak.
"Nah, di 2020 pertama kali ngerasain sakit perut karena datang bulan. Terus keluar kayak gumpalan-gumpalan darah. Kayak rata-rata orang sakit perut. Semenjak itu datang bulannya jadi rutin, tapi sakit perut di hari pertama dan volumenya banyak banget," sambungnya.
Seiring berjalannya waktu, gejala-gejala ini semakin memburuk. Sakit perutnya semakin intens dan berlangsung lebih lama sehingga membuatnya sulit beraktivitas. Bahkan, dirinya sering pingsan akibat menstruasi yang sangat deras.
Karena sering drop saat haid, wanita yang berusia 24 tahun ini berkata bahwa ia sering diimbau untuk menemui dokter. Namun, karena alasan takut, ia menghiraukan imbauan tersebut.
"Karena volumenya banyak dan aku jadi sering pingsan karena kehabisan darah, sebenarnya udah disuruh cek, cuman nggak berani cek waktu itu," imbuhnya.
Pada tahun 2022, Titania mulai mengandalkan obat pereda nyeri untuk mengatasi rasa sakitnya. Namun, ketika sedang traveling pada bulan Oktober di tahun yang sama, dirinya mengalami pendarahan luar biasa seperti orang keguguran dan diiringi sakit perut yang tidak bisa diredakan oleh pain killer yang biasanya ia konsumsi.
"Di 2022 itu aku baru ketemu yang namanya pain killer, lumayan membantu. Jadi setiap sakit tuh minum pain killer. Masuk di 2022 aku lagi traveling, tiba-tiba kayak orang keguguran kalau lagi datang bulan, banyak banget terus sakit perut, dikira paling cuman 1-2 hari, ternyata nggak. Sakit perutnya itu sampai 9 hari. Samai aku selesai traveling, Oktober 2022," katanya.
Pada Mei 2023, saat berada di Labuan Bajo, Titania mengalami perdarahan hebat dan sakit perut yang tak tertahankan. Kondisi ini membuatnya sampai pingsan, dan dia dilarikan ke UGD dan dirujuk ke dokter obgyn.
Setelah pemeriksaan dan USG perut, dokter mencurigai adanya penebalan dinding rahim, yang bisa jadi ganas. Titaniaheap diberi obat untuk menghentikan perdarahan, tetapi kondisinya tidak membaik. Biopsi pun diperlukan untuk memastikan diagnosis.
Diagnosis datang pada Juli 2023 setelah dirinya dirujuk ke dokter onkologi. Hasil biopsi menunjukkan bahwa dia mengidap kanker endometrium yang merupakan tumor ganas. Awalnya, Titania diiagnosis stadium 1B. Dirinya pun melakukan operasi pengangkatan rahim dan indung telur.
Meskipun telah melakukan operasi pengangkatan rahim dan indung telur, hal yang mengejutkan adalah, hanya selang satu bulan, kanker yang ia idap memasuki stadium akhir dan menyebar ke lebih banyak bagian tubuhnya. Hal ini ia anggap terjadi akibat dari kelalaian penanganan. Ia pun pindah ke rumah sakit lain untuk menjalani pengobatannya.
"Stadium 1B itu diinfoinnya sekitar 26 Juli. Tapi di 30 Agustus aku masuk UGD RS lain, pas PET Scan, tanggal 8 September, itu hasilnya stadium 4. Jadi udah nyebar. Jadi, ya sebulanan," terangnya.
"Kan memang cancer itu bermutasinya 24 jam, cepet banget. Apalagi abis operasi. Cuman emang nih di RS sebelumnya lalai. Dokternya itu bilang aman nggak perlu kemo terapi segala macam. Padahal profesor obgyn yang sebelumnya itu udah notice kalau metastase ke paru-paru dan area liver," sambungnya lagi.
Saat ini, Titania berada pada stadium akhir kanker endometrium yang mana telah menyebar ke banyak organ lain.
"Jadi nyebarnya itu ke paru, liver, limpa, usus, kelenjar getah bening, pinggul, dinding perut. Udah stadium 4 sih jadi udah banyak banget. Di tingkat penyebarannya sih, jadi kalau udah banyak gitu ya udah stadium 4," ungkapnya.
Kini, ia telah melakukan dua kali dari enam rangkaian kemoterapi yang terjadwal untuknya. Karena telah menyebar ke usus, setelah kemo ke-3, dirinya akan melakukan CT Scan ulang untuk mengetahui apakah dia harus menjalani operasi pada ususnya tersebut.
"Abis kemo ke-3 akan ct scan ulang, kalau CT scan kankernya nggak mengecil baru dioperasi kan ada di usus juga, usus itu nanti harus diangkat lah kankernya itu.Kalau misalnya obat kemonya berfungsi dengan baik dan kankernya mengecil nggak perlu operasi jadinya," imbuhnya.
Meskipun demikian, ia berkata bahwa kondisi tubuhnya tetap fit di samping efek kemo yang harus dialaminya. Melalui kisah ini, Titania mengingatkan pentingnya untuk mendengarkan tubuh dan segera memeriksakan diri ke dokter, karena gejala yang seringnya dianggap 'biasa' bisa jadi taruhannya adalah nyawa.
"Sempat ngira sakit haid biasa, karena kalau ngeliat teman kan biasanya sakit perut. Kalau ngerasa ada yang aneh sama badan, better periksa secepatnya. Kalau dulu aku tau bakal kayak gini aku udah dari dulu periksa deh kayaknya," pungkasnya.
Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "Kondisi Terkini Wanita Pengidap Kanker Rahim yang Awalnya Cuma Ngeluh Sakit Perut"