 |
| Foto: AFP/MAHMUD HAMS |
Krisis rumah sakit yang berada di Jalur Gaza, Palestina, semakin parah. Pasokan medis dan listrik di sana menipis bahkan sudah habis.
Dokter sekaligus juru bicara Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Dr Margaret Harris mengungkapkan situasi di sana. Ia menggambarkan kondisi di sana seperti 'neraka'.
"Kamu tidak punya obat bius. Anda mungkin harus menjahit seorang anak. Dokter-dokter ini memberi tahu kita hal ini, bahwa mereka menjahit orang-orang di lantai tanpa anestesi hanya untuk menghentikan pendarahan agar mereka tetap hidup," ungkap Dr Margaret Harris dikutip dari CBS News, Jumat (20/10/2023).
"Jadi Anda bertanya kepada orang-orang yang keinginannya adalah untuk membantu. Satu-satunya keinginannya adalah menyelamatkan nyawa, melakukannya dalam keadaan yang paling buruk dan melakukannya dengan cara yang tidak pernah terpikirkan oleh mereka untuk dilakukan secara normal," lanjutnya.
Dr Harris mengatakan kondisi saat ini belum kunjung membaik. Berdasarkan pengamatan pribadinya, situasi pasca serangan itu masih tidak aman.
"Saya pribadi telah mengunjungi banyak tempat yang dianggap sulit oleh orang-orang, seperti Afghanistan dan Ukraina, pada awal perang di sana, tapi ini berbeda, dan semua orang mengatakan ini berbeda karena tidak ada yang aman," katanya.
Menurut Dr Harris, WHO saat ini sedang sangat menunggu penyeberangan Rafah dibuka kembali untuk menyalurkan bantuan. Penyeberangan Rafah itu merupakan satu-satunya gerbang perbatasan Gaza yang tidak mengarah ke Israel.
WHO dan organisasi non-pemerintah lainnya telah menyiapkan bantuan kemanusiaan di penyeberangan ini, termasuk makanan, air, dan bahan bakar. Hingga Kamis malam, penyeberangan itu belum dibuka.
"Banyak hal yang seharusnya kami lakukan, tapi tidak dapat dilakukan, seperti sekadar mendatangkan perbekalan dan membantu serta memiliki akses kemanusiaan yang belum tersedia," pungkasnya.
Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "Dokter Ungkap Kondisi RS di Gaza Pasca Diserang Israel, Terasa Bak di Neraka"