Hagia Sophia

27 November 2023

Pneumonia Misterius Meningkat di China, Harus Tunggu 24 Jam Bila Ingin Berobat

Ilustrasi di China (Foto: Reuters/Thomas Peter)

China saat ini tengah bergulat dengan lonjakan kasus pneumonia 'misterius', yang paling banyak menyerang anak-anak. Beberapa rumah sakit di China bahkan dilaporkan kewalahan lantaran menangani jumlah pasien anak yang membludak.

Penyakit ini diyakini disebabkan oleh peningkatan pneumonia mikoplasma, dan tidak dilaporkan menyebabkan kematian atau penyakit parah. Namun, wabah ini tetap memberikan tekanan besar pada sistem layanan kesehatan China karena keterbatasan yang ada.

Kekurangan kapasitas yang mengkhawatirkan di rumah sakit China, dan juga kerentanan lainnya, pertama kali dikemukakan pada puncak perjuangan negara tersebut melawan penyebaran infeksi COVID-19, setelah Beijing mencabut aturan Zero COVID pada Desember lalu.

Rumah Sakit Anak Tianjin, yang terletak di kota pelabuhan besar dekat Beijing, pada tanggal 18 November melaporkan rekor harian sebanyak 13.171 pasien muda di seluruh unit rawat jalan dan gawat darurat.

Tak hanya itu, kantor berita China Caixin melaporkan pada hari Kamis, bahwa Rumah Sakit Anak Jingdu di Beijing juga merasakan beban tersebut, dengan 300 tempat tidur dengan kapasitas 90 persen karena banyaknya pasien rawat jalan.

Antrean panjang, baik di dalam maupun di luar rumah sakit, menggambarkan besarnya kebutuhan akan layanan kesehatan. Bahkan juga beredar video yang menunjukkan antrean panjang di Rumah Sakit Anak Tianjin serta Rumah Sakit Anak Shenyang, di timur laut provinsi Liaoning, yang mencerminkan parahnya situasi.

Direktur Rumah Sakit Anak Beijing, Li Yuchuan, mengatakan departemen penyakit dalam rumah sakit itu menangani lebih dari 7.000 pasien setiap hari.

"Lonjakan ini disebabkan oleh tahun yang sangat parah dalam kasus infeksi mycoplasma pneumoniae, yang memberikan tekanan besar pada sumber daya medis," menurut Sun Yuan, presiden Rumah Sakit Anak Jingdu Beijing.

"Dokter telah bekerja lembur, dan seluruh sumber daya medis telah digunakan untuk memenuhi permintaan pasien, namun itu mungkin masih belum cukup," katanya seperti dikutip dari Newsweek, Minggu (26/11/2023).

Di sisi lain, Li Tong, kepala departemen penyakit pernapasan dan penyakit menular di Rumah Sakit Youan Beijing, mengatakan lonjakan tersebut mungkin terkait dengan melemahnya sistem kekebalan pada anak-anak karena pembatasan zero COVID selama tiga tahun, yang berdampak pada terbatasnya paparan mereka terhadap infeksi musiman dan SARS-CoV-2, virus penyebab COVID-19.

Saking banyaknya anak yang terpapar, salah satu rumah sakit di Beijing mengumumkan perlu menunggu 24 jam untuk unit gawat darurat anak. Imbasnya, tak sedikit warga China yang frustrasi menceritakan waktu tunggu yang sangat lama untuk mendapat perawatan medis.

"Saya merasa seperti akan mati mendadak," kata seorang warga China yang menulis di media sosial setelah membuat janji temu karena kesulitan bernapas, dan harus menunggu hingga hari Jumat untuk diperiksa oleh dokter

Ada juga orang tua yang frustrasi lantaran salah satu rumah sakit di Beijing upaya triase staf atau menentukan pasien mana yang akan mendapat penanganan lebih dulu terhenti. Imbasnya, mereka pun menelepon polisi.

Sebelumnya, Organisasi Kesehatan DUnia (WHO) selama berhari-hari telah meminta data rinci dari China tentang kelompok infeksi, termasuk informasi epidemiologi dan klinis serta hasil laboratorium dari kelompok yang terkena dampak.

Akan tetapi otoritas kesehatan setempat mereka tidak menemukan kekhawatiran yang dimaksud. Laporan wabah pneumonia pada anak dinilai masih teratasi. Beberapa RS bisa menangani kasus tersebut.

"Rumah sakit tidak kewalahan menghadapi pneumonia 'misterius'. Tidak ada bukti patogen tidak biasa atau baru yang menyebabkan peningkatan pneumonia pada anak," demikian disampaikan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit China kepada WHO.



























Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "Pneumonia 'Misterius' Merebak di China, Pasien Harus Tunggu 24 Jam untuk Berobat"