Serangan Israel ke Jalur Gaza. (Foto: REUTERS/Alexander Ermochenko) |
Rumah Sakit Nasser di Gaza bagian selatan mengalami kekacauan setelah Israel kembali melakukan serangan pasca gencatan senjata selama satu pekan sebelumnya, berakhir. Rumah sakit tersebut menjadi salah satu dari sejumlah RS yang masih beroperasi di Khan Younis.
Dokter terpaksa melangkahi mayat-mayat di lantai dan genangan darah untuk memeriksa pasien-pasien selanjutnya. Dokter yang melakukan penanganan pada pasien disebut kelelahan.
Hingga saat ini tidak ada satupun rumah sakit di wilayah utara yang dapat menangani pasien. Korban luka parah dipindahkan setiap hari ke Gaza bagian selatan oleh Komite Palang Merah Internasional (ICRC). Namun, di wilayah tersebut, hanya sebagian rumah sakit yang masih berfungsi.
Salah satu warga bernama Abdelkarim Abu Warda menceritakan bagaimana putrinya bernama Huda (9) baru saja tiba di RS Deir al-Balah dengan menaiki salah satu konvoi ICRC. Huda mengalami luka parah pada bagian otak.
"Ia mengalami perdarahan otak, ia dipasangi ventilator. Semenjak saat itu ia tidak merespons apapun. Dia tidak menjawabku lagi," ucapnya terisak sembari memegang tangan sang anak dikutip dari France24, Senin (4/12/2023).
PBB dan kelompok kemanusiaan yang ada di sana menuturkan bahwa ada puluhan petugas medis yang tewas semenjak perang dimulai. Persediaan dasar dan bahan bakar semakin menipis di rumah sakit dan klinik.
Pihak Kementerian Kesehatan Gaza menuturkan 15.500 orang dipastikan tewas di Gaza semenjak dimulainya konflik. Mereka menambahkan bahwa sudah ada 316 orang terbunuh semenjak berhentinya gencatan senjata.
Sebelumnya Israel sempat memerintahkan warga Palestina untuk mengevakuasi beberapa daerah di Khan Younis dan meminta mereka pergi ke tempat perlindungan yang sudah ditandai. Namun, warga menuturkan bahwa daerah-daerah tersebut justru diserang.
Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "316 Warga Gaza Tewas Pasca Gencatan Senjata Berakhir, Kondisi RS Memprihatinkan"