Situasi Corona di Malaysia. (Foto: AP/Vincent Thian) |
Kasus COVID-19 dilaporkan kembali meningkat di Malaysia. Direktur Jenderal Kesehatan Dr Radzi Abu Hassan mengatakan kasus baru COVID-19 meningkat pada minggu lalu sebesar 57,3 persen, dari 2.305 menjadi 3.636 kasus.
Dalam laporan terbarunya untuk pekan yang berakhir 25 November, Radzi mengatakan 48 persen kasus terjadi pada individu berusia antara 20 dan 40 tahun, dan 98 persen hanya mengalami gejala ringan.
Kenaikan kasus dikaitkan dengan laporan pemerintah soal adanya empat varian Omicron baru yang teridentifikasi. Semuanya diklasifikasikan sebagai variant of concern (VoC). Radzi mengatakan dua kasus varian Omicron baru, BA.2.86, telah dilaporkan setelah pemeriksaan gejala di klinik kesehatan.
Meski diduga memicu peningkatan kasus, infeksi yang dikeluhkan bukan merupakan gejala berat.
Radzi mengatakan kedua kasus tersebut tidak memiliki riwayat perjalanan ke luar negeri dalam waktu 14 hari, sebelum gejala muncul. Mereka juga tengah menjalani rawat jalan.
"Varian tersebut tidak menimbulkan gejala yang lebih parah," kata Radzi yang dikutip dari laman Free Malaysia Today, Senin (4/12/2023).
Meski terjadi peningkatan kasus, Radzi memastikan bahwa situasi dan fasilitas kesehatan di Malaysia masih terkendali. Namun, ia mengimbau agar masyarakat dan layanan kesehatan tetap waspada.
"Mengingat peningkatan kasus COVID-19, petugas kesehatan di fasilitas kesehatan pemerintah dan swasta diimbau untuk tetap waspada dan memiliki 'indeks kecurigaan yang tinggi' terhadap pasien dengan gejala pernapasan akut, terutama yang berasal dari kelompok risiko tinggi," jelasnya.
Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "Dugaan Pemicu Kasus COVID-19 Malaysia Ikut 'Ngegas', Naik Lebih dari 50 Persen"