Illustrasi Korea Selatan diterpa penurunan angka kelahiran imbas banyak warganya ogah memiliki anak. Foto: Simon Shin/SOPA Images/LightRocket via Getty Images |
Saking banyaknya warga ogah menikah dan memiliki anak, angka kelahiran di Korea Selatan kini anjlok. Demi memerangi kondisi tersebut, pemerintah kini memberikan insentif finansial dengan tujuan mendorong warga agar mau melahirkan dan membesarkan anak.
Mengacu pada Komite Presidensial untuk Masyarakat Lanjut Usia dan Kebijakan Kependudukan, untuk bayi yang lahir pada 2024, setiap anak bisa memperoleh manfaat dari total bantuan tunai sebesar 29,6 juta won atau setara sekitar Rp 347 juta selama delapan tahun sejak kelahirannya.
Bantuan tunai dengan nama 'Voucher Pertemuan Pertama' (First Encounter Vouchers) ini juga memberikan sebesar 2 juta won (sekitar Rp 23,5 juta) kepada orang tua yang baru melahirkan bayi. Dengan kebijakan yang kini diperluas, anak kedua akan menerima 3 juta won, bertambah 1 juta won dibandingkan tahun lalu.
Voucher tunai tersebut dapat digunakan di pusat perawatan pasca melahirkan, biaya pengobatan, makanan, dan produk anak.
Di samping itu, terdapat biaya tambahan yang ditanggung pemerintah untuk mengasuh anak di sekolah taman kanak-kanak atau pusat penitipan anak. Nominal tanggungan tersebut bervariasi, tergantung pendapatan dan isi anggota keluarga. Intinya, setiap anak yang lahir di Korea pada 2024 akan menerima tunjangan sebesar 29,6 juta won, apa pun kondisinya.
Sejumlah ahli menilai, bantuan tunai memang berpotensi memiliki dampak positif untuk mendongkrak angka kelahiran. Namun mereka menyoroti, kebijakan tersebut perlu dipublikasikan lebih luas, dan proses pengajuannya pun harus dibuat mudah untuk warga.
"Kita perlu meningkatkan aksesibilitas informasi kebijakan dengan memanfaatkan berbagai metode publisitas seperti internet, media sosial, dan spanduk," ungkap profesor di Fakultas Ekonomi Universitas Nasional Seoul, Lee Chul-hee, dikutip dari The Korea Herald, Selasa (23/1/2024).
Laporan Statistik Korea pada Desember 2023 memproyeksikan bahwa tingkat kesuburan total di negara tersebut akan menjadi 0,68 pada 2024 dan 0,65 pada 2025. Angka kesuburan diartikan sebagai jumlah anak yang diperkirakan akan dimiliki seorang wanita seumur hidupnya.
Kini, Korea Selatan telah mencatat angka kelahiran terendah di dunia, dengan angka 0,78 pada 2022 yang kemudian menurun menjadi 0,72 tahun ini.
Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "Bayi yang Lahir di Korsel Bakal Dapat Rp 347 Juta sampai Umur 8 Tahun"