Ilustrasi nyamuk Wolbachia. (Foto: Getty Images/iStockphoto/PongMoji) |
Demam berdarah dengue (DBD) hingga saat ini masih menjadi salah satu penyakit yang patut diwaspadai. Bahkan dalam beberapa waktu terakhir, beberapa wilayah di Indonesia mengalami lonjakan kasus DBD.
Misalnya, di Jawa Barat. Tercatat, ada sekitar 4.637 kasus DBD yang terjadi sejak Januari hingga saat ini. Dari total kasus tersebut, 36 di antaranya meninggal dunia.
Pemerintah telah melakukan sejumlah upaya untuk menekan angka DBD. Salah satunya adalah dengan menerapkan teknologi Wolbachia, yakni menyuntikkan bakteri Wolbachia ke dalam nyamuk Aedes aegypti untuk melumpuhkan virus dengue dan tidak menular ke manusia.
Efektivitas teknologi Wolbachia juga sudah dibuktikan lewat beberapa studi dan uji coba. Selain itu cara lain untuk mengentaskan DBD adalah dengan vaksin dengue.
Lantas mana yang paling efektif menangkal DBD?
Spesialis penyakit dalam, dr Soroy Lardo, SpPD, KPTI, FINASIM, menegaskan kehadiran teknologi Wolbachia tidak meniadakan peran vaksin DBD. Dia menjelaskan kedua metode tersebut mengontrol DBD dari dua sisi yang berbeda.
"Sebenarnya ini dua sisi yang berbeda, vaksin itu kan untuk pencegahan dan bisa efektif 80 sampai 90 persen, seperti vaksin COVID lah, pencegahan. Tapi kan waktu itu banyak juga yang tetap terkena. Jadi dia lebih ke arah pencegahan," jelas dr Soroy dalam konferensi pers secara daring, Selasa (27/2/2024).
Sedangkan, sambung dr Soroy, teknologi Wolbachia lebih ke arah environmental scanning.
"Kalau Wolbachia, ini kalau dalam intelijen kesehatan, dia sebagai environmental scanning, dia di sisi hulu," ucapnya.
dr Soroy juga memaklumi pro dan kontra yang muncul seputar teknologi Wolbachia. Sebagai teknologi yang masih berkembang, tidak heran jika teknologi Wolbachia memantik perdebatan di setiap daerah.
"Tapi karena saya mengikuti langsung perjalanan dari guru-guru saya, senior saya di bidang DBD di UGM, ini adalah teknologi yang harus kita apresiasi, dan Kemenkes saya kira sudah mengapresiasi, melakukan suatu uji coba. Dan ini kita lihat saja kaitannya dengan penurunan angka DBD," paparnya.
"DBD itu tidak bisa dilihat dari satu sisi seperti ini. Jadi banyak faktor-faktor yang harus kita perhatikan, baik itu di tingkat klinis maupun komunitas di masyarakat," pungkasnya.
Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "Penyebaran Nyamuk Wolbachia VS Vaksin, Mana yang Lebih Ampuh Atasi DBD?"