Chelsea dinilai dalam ancaman serius pengurangan poin. (Foto: REUTERS/David Klein) |
Chelsea dinilai berada dalam ancaman serius untuk dihukum pengurangan poin. Mereka diragukan bisa mendapatkan dana segera di musim panas ini.
Chelsea butuh menyeimbangkan neraca keuangannya demi memenuhi aturan Financial Fair Play. Laporan mengungkap bahwa The Blues perlu mendapatkan lebih dari 100 juta paun pada musim panas ini.
Itu tak lepas dari belanja jor-joran yang dilakukan Chelsea sejak kedatangan bos baru, Todd Boehly. Di bawah Boehly, mereka langsung membelanjakan 1 miliar paun dalam tiga bursa transfer sejak musim panas 2022.
Namun belanja besar itu tak diiringi peningkatan prestasi yang signifikan, dengan Chelsea gagal finis di zona Eropa musim lalu. Padahal tampil di kompetisi Eropa bisa cukup mengangkat pendapatan klub.
Chelsea mau tak mau harus menjual sejumlah pemain. Conor Gallagher menjadi nama teratas di daftar jual, lalu nama-nama lain seperti Romelu Lukaku, Ian Maatsen, Lewis Hall, dan Trevoh Chalobah.
Tapi nama-nama ini diragukan bisa memenuhi kebutuhan keuangan Chelsea, sementara nama-nama yang lebih top terikat kontrak jangka panjang. Eks CEO Aston Villa dan Everton Keith Wyness melihat situasi Chelsea sebagai kekacauan yang akan rumit sekali ditangani.
"Ini sangat menarik karena mereka punya semua pemain-pemain ini dalam kontrak panjang. Kita bicara tentang mereka dipaksa melakukan obral, tapi para pemain ini punya kekuatan tawar dan jaminan karena kontrak-kontrak itu," katanya dikutip Football365.
"Ini akan jadi negosiasi yang sangat rumit untuk ditangani. Akan ada banyak uang yang dibayarkan untuk membereskan kontrak-kontrak ini, sebelum para pemain bahkan berpikir untuk pindah."
"Ini agak kacau jujur saja. Kalau mereka tak membereskan masalah ini, maka tampak jelas pengurangan poin akan dijatuhkan, dan bisa jadi besar. Ini pelanggaran besar, sejauh yang terlihat saat ini," imbuhnya.
Artikel ini telah tayang di sport.detik.com dengan judul "Ancaman Pengurangan Poin Membayangi Chelsea"