Hagia Sophia

04 April 2024

Angka Kelahiran Merosot, Wanita Lajang di Singapura Lebih Memilih Egg Freezing

Ilustrasi Singapura. (Foto: Gilang Negara/d'Traveler)

Seorang wanita lajang di Singapura bernama Amanda Lin (37) menceritakan alasannya memilih untuk melakukan egg freezing atau pembekuan sel telur. Sebanyak 21 telur yang ia simpan dijadikan sebagai semacam 'asuransi' untuk bisa memiliki anak di masa depan.

"Saya tidak ingin menyesal jika saya menikah di usia yang lebih tua dan tidak dapat hamil. Senang rasanya jika saya dapat menemukan seseorang sekarang, tapi seiring makin mandirinya wanita, peran seorang suami juga berubah," ucap Lin dikutip dari Her World, Rabu (3/4/2024).

"Anda tentu tidak ingin terburu-buru menikah demi punya anak. Anda menginginkan seseorang yang bisa menjadi pasangan seumur hidup," sambungnya.

Pada Agustus 2023, ia harus mengeluarkan hingga 10 ribu dollar Singapura atau sekitar (Rp 117,7 juta) untuk melakukan prosedur tersebut di salah satu pusat egg freezing di Singapura.

Lin menceritakan selama menjalani prosedur tersebut, ia mendapatkan suntikan hormonal setiap hari selama 8-9 hari untuk merangsang lebih banyak sel telur. Namun, ia menyebut prosesnya berjalan cukup lancar.

Lin adalah salah satu dari sekitar 200 perempuan yang telah menjalani pembekuan sel telur secara elektif yang dilakukan untuk alasan non-medis. Pembekuan sel telur tanpa alasan medis tersebut diketahui baru diizinkan Singapura pada Juni 2023.

Sebelum ada perubahan kebijakan besar tersebut, perempuan hanya boleh melakukan egg freezing dengan alasan medis. Misalnya karena harus menjalani kemoterapi yang dapat berdampak buruk pada kesuburan.

Seorang wanita memiliki jumlah sel telur yang terbatas. Jumlahnya pun akan menurun seiring berjalannya usia, sehingga potensi kesempatan untuk hamil juga menjadi lebih kecil. Prosedur ini diprediksi bakal terus ramai dilakukan oleh wanita Singapura di tahun 2024.

"Di KK Women's and Children's Hospital (KKH), rata-rata empat perempuan menjalani prosedur ini dalam sebulan, dan minat terhadap prosedur ini tidak berkurang pada tahun 2024," ucap Kepala Departemen Kedokteran Reproduksi KKH Sadhana Nadarajah.

Langkah pemberian izin egg freezing secara elektif diumumkan pertama kali pada 2022. Menteri Negara Pembangunan Sosial dan Keluarga Singapura, Sun Xueling saat itu menuturkan perubahan aturan ini baik untuk para perempuan yang ingin menjaga kemungkinan untuk hamil di masa depan.

"Kami menyadari bahwa mungkin ada perempuan yang tidak dapat menemukan pasangan yang cocok ketika mereka masih muda, namun mereka tetap ingin dapat mempertahankan kemungkinan untuk hamil ketika mereka sudah menikah. menikah nanti," kata Xueling.

Langkah ini juga diharapkan oleh pemerintah Singapura sebagai cara untuk mengembalikan angka kesuburan atau total fertilty rate (TFR). TFR di Singapura turun hingga angka 0,97 di awal tahun 2023. Angka tersebut menunjukkan TFR di bawah satu untuk pertama kalinya di Singapura.

Wanita berusia antara 21-37 tahun diperbolehkan untuk menjalani prosedur ini. Namun, dokter menuturkan bahwa sebagian besar wanita yang datang berusia 30-an tahun, lajang, dan bekerja di bidang profesional.

Patrina Tan (34) tahun seorang wanita yang sudah menikah juga memiliki cerita lain soal mengapa ia melakukan pembekuan sel telur. Ia menceritakan bahwa ia sudah tiga kali gagal dalam mencoba memiliki anak. Ia juga baru saja menjalani operasi endometriosis sehingga membuatnya makin sulit hamil.

Prosedur egg freezing ini akhirnya ia lakukan pada Agustus 2023, untuk mengulur waktu sebelum benar-benar siap memulai proses IVF atau bayi tabung.

"Usaha untuk memiliki bayi sangat berat. Segala stres dan kekecewaan karena tidak hamil. Saya merasa saya harus mengambil istirahat mental dan emosional sebelum mengambil langkah berikutnya," tandas Patrina.


























Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "Angka Kelahiran Anjlok, Egg Freezing Makin Ngetren di Singapura"