Hagia Sophia

14 January 2023

Pakar: COVID-19 di China Diperkirakan Masih Akan Meningkat Hingga 3 Bulan Mendatang

Foto: VIA REUTERS/CHINA DAILY

Puncak gelombang COVID-19 di China diperkirakan bakal berlangsung selama dua hingga tiga bulan ke depan. Ahli epidemiologi di China memprediksi, gelombang tersebut bakal meluas ke wilayah pedesaan dengan sumber daya medis yang langka.

Diperkirakan, kasus infeksi virus Corona akan melonjak di pedesaan ketika ratusan juta orang melakukan perjalanan ke kota asal untuk liburan Tahun Baru Imlek yang akan resmi dimulai pada 21 Januari mendatang. Libur Tahun Baru Imlek ini selalu dikenal sebagai momen migrasi orang tahunan terbesar di dunia.

Kondisi ini terjadi usai China mencabut aturan ketat 'Zero-COVID' dan membuka kembali pembatasannya pada Desember 2022. Pasalnya, aturan tersebut dinilai publik terlalu keras sehingga menuai protes besar-besaran.

Sebelumnya, beredar informasi bahwa pembukaan aturan pembatasan telah memicu infeksi COVID-19 kepada 1,4 miliar orang di China. Media pemerintah menyebut, seperti dari orang tersebut bertempat tinggal di area yang sudah melewati puncak gelombang COVID-19.

Namun mantan kepala ahli epidemiologi di Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit China, Zeng Guang, menegaskan wabah terburuk belum berakhir. Hal itu disampaikannya melalui media lokal Caixin pada Kamis (12/12/2023).

Ia juga menyoroti sejumlah besar orang tinggal di pedesaan dengan fasilitas medis yang relatif miskin dan terbatas. Termasuk untuk orang lanjut usia, orang sakit, dan disabilitas.

"Fokus prioritas kami adalah di kota-kota besar. Sudah waktunya untuk fokus di daerah pedesaan," kata Zeng dikutip dari Reuters, Jumat (13/1).

Belakangan, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan risiko lonjakan COVID-19 di momen liburan Tahun Baru Imlek. Disebutkannya, China tidak melaporkan kasus kematian akibat COVID-19, meskipun sekarang memberikan lebih banyak informasi tentang wabah Corona.

Kementerian luar negeri China menyebut, pejabat kesehatan negara telah mengadakan lima pertukaran teknis dengan WHO selama sebulan terakhir secara transparan.

Otoritas kesehatan telah melaporkan lima atau lebih sedikit kasus kematian pasien COVID-19 dalam sehari selama sebulan terakhir. Namun, angka tersebut tidak sesuai dengan antrean panjang jenazah yang terlihat di rumah duka dan jumlah membludak kantong jenazah terlihat keluar dari rumah sakit.

Sebelumnya juga beredar informasi, pakar kesehatan internasiona, memperkirakan setidaknya ada 1 juta kasus kematian pasien COVID-19 di China tahun ini. Sementara di samping itu, China melaporkan lebih dari 5.000 kasus kematian akibat COVID-19 sejak pandemi dimulai, tergolong tingkat kematian pasien COVID-19 terendah di dunia.
























Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "Pakar China Prediksi COVID Masih Bakal 'Ngamuk' Sampai 3 Bulan ke Depan"