(Foto ilustrasi: Getty Images/iStockphoto/Natali_Mis) |
Lagi-lagi kasus kerusakan paru parah dialami pengguna vape. Organ pernapasannya kolaps setelah menjadi pengguna vape selama tujuh tahun.
Seperti banyak remaja di Amerika Serikat, Amanda Stelzer (34), mulai mencoba vape pada 2015. Tak lama ia menjadi kecanduan mendapati dirinya menghabiskan sekitar delapan kartrid cairan vape setiap minggu, setara dengan 50 batang rokok sehari.
Tiba-tiba pada Oktober 2019, dia mengalami masalah pernapasan. Pada saat itu dokter di klinik langsung merujuk Stelzer ke rumah sakit untuk dipasangi alat bantu napas.
Pemindaian dada mengungkapkan bahwa dia mengidap sindrom gangguan pernapasan akut, kondisi mematikan yang terjadi ketika paru-paru menjadi sangat rusak sehingga gagal menyediakan oksigen yang cukup ke seluruh tubuh.
Studi telah memperingatkan bahwa vaping dapat menyebabkan kerusakan parah pada paru-paru dan jantung, mirip dengan merokok konvensional.
"Hal terakhir yang saya ingat adalah seseorang memberi saya formulir dan pada dasarnya mengatakan saya perlu menandatanganinya jika saya ingin hidup, itu adalah formulir persetujuan untuk memakai alat bantu hidup," katanya kepada DailyMail.
Setelah dua minggu lagi di rumah sakit, dia dipulangkan, tetapi masih tidak boleh bekerja atau dikunjungi teman. Ia juga dilarang berada di sekitar orang yang merokok dan ngevape selama enam bulan sampai paru-parunya sembuh.
Amanda kini menderita post-traumatic stress disorder (PTSD) akibat pengalaman tersebut. Dia telah bersumpah untuk tidak pernah menyentuh vape lagi dan berharap pengalamannya akan menjadi peringatan yang dibutuhkan orang lain.
"Itu berbahaya dan saya tidak ingin orang lain mengalami apa yang saya lalui. Orang-orang mungkin tidak ingin melihat atau mendengarnya tetapi jika itu membantu satu orang untuk berhenti, saya akan sangat senang," pungkasnya.
Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "Cerita Wanita Ngevape Setara 50 Batang Rokok Sehari, Paru-parunya Jadi Begini"