Foto: Getty Images/iStockphoto/Golfcuk |
RI digegerkan kasus baru gagal ginjal akut pada anak, seorang pasien merupakan anak berusia satu tahun di DKI Jakarta dan telah meninggal dunia. Mengacu pada penelusuran Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI, obat yang sempat dikonsumsi anak tersebut aman dari cemaran etilen glikol (EG) dan dietilen glikol (DEG) melebihi ambang batas.
Mengingat, kedua bahan tersebut sempat diduga kuat menjadi biang kerok ratusan kasus gagal ginjal beberapa bulan lalu.
Namun demikian, Labkesda DKI menyampaikan temuan berbeda. Sempat dilaporkannya, terdapat jejak EG dan DEG di darah pasien tersebut.
Pakar farmasi dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Prof Dr Zullies Ikawati menjelaskan ginjal akut bukanlah penyakit baru. Tak hanya dipicu oleh cemaran EG dan DEG, penyakit ini bisa dipicu oleh faktor riwayat penyakit yang diderita sebelumnya, penyakit bawaan, sensitivitas alergi, infeksi, status nutrisi dan lain-lain. Sementara secara eksternal, penyakit ini bisa dipicu oleh paparan obat, makanan, toksikan tertentu, logam berat, dan lain-lain.
"Beberapa obat sendiri bisa bersifat nefrotoksik, yaitu toksik terhadap ginjal. Utk toksiksan atau racun, EG dan DEG termasuk yang dapat menyebabkan gagal ginjal akut," ungkap Prof Zullies dalam pernyataan tertulis yang diterima detikcom, Jumat (11/2/2023).
"Kembali pada kasus ini, ketika sirup tertuduhnya sudah diperiksa dan dinyatakan aman dengan bukti-bukti pemeriksaan yang valid, maka perlu dicari possibility yang lain sebagai penyebab. Memang untuk alasan kehati-hatian, untuk sementara produk tersebut dihentikan untuk distribusinya. Industri farmasi produsen obat tersebut juga sudah melakukan penarikan sukarela, sambil menunggu investigasi lebih lanjut," imbuhnya.
EG dan DEG Tak Cuma Berasal dari Obat
Ia menambahkan, EG dan DEG adalah senyawa toksik yang tidak boleh ada pada obat maupun makanan yang dapat tertelan oleh manusia. Pun bahan ini ada pada makanan, harus dalam batas aman tertentu. Sementara pada kasus gagal ginjal baru ini, ada laporan bahwa pada tubuh pasien terdapat DEG, namun bahan tersebut tidak ditemukan di obat yang sempat dikonsumsi pasien.
Di samping obat, EG dan DEG juga bisa terdapat sebagai cemaran bahan baku pada makanan. Maka Prof Zullies menegaskan, semua bahan baku yang mungkin bisa menjadi sumber cemaran EG/DEG perlu mendapatkan perhatian dan pemeriksaan khusus.
"Pada kasus tadi, dapat diinvestigasi sumber-sumber lain dari EG-DEG jika memang dianggap kasus tadi adalah karena intoksikasi EG/DEG. Mungkin ke depan dapat diusulkan bahwa larutan EG dan DEG harus diberi warna lain, sehingga mengurangi potensi dicampurkan atau dioplos dengan bahan baku yg mestinya aman. Seperti metanol yang diberi warna biru menjadi spiritus," pungkas Prof Zullies.
Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "Kata Pakar Farmasi soal Biang Kerok Gagal Ginjal, Tak Cuma EG-DEG di Obat Sirup"