Hagia Sophia

17 February 2023

Walau Penyebarannya Tidak Seperti COVID-19, Virus Marburg Lebih Mematikan

Penjelasan epidemiolog perihal penularan virus Marburg. Foto: Getty Images/iStockphoto/

Muncul wabah virus Marburg di Guinea Equatorial. Hingga kini, tercatat ada 9 kasus kematian, mengingat virus ini diketahui amat menular dan mematikan.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan tingkat kematian akibat virus Marburg mencapai 88 persen. Pemerintah setempat mengkarantina lebih dari 200 orang yang dianggap bergejala demi mencegah risiko penyebaran.

"Selain 9 kematian, Guinea melaporkan sedikitnya 16 kasus diduga virus Marburg dengan gejala termasuk demam, kelelahan, muntah darah, dan diare," ungkap WHO, dikutip dari US News, Selasa (14/2/2023).

Epidemiolog dari Universitas Griffith Australia, Dicky Budiman, menjelaskan kasus serupa juga sebenarnya muncul tahun lalu di kawasan Gana, Afrika. Meski penyebaran virus ini tidak secepat virus Corona, Dicky tetap menegaskan pentingnya langkah waspada atas risiko penularan virus Marburg.

"Meskipun perjalanan penyakit ini relatif lambat dalam artian cluster-cluster terakhir sebelum sekarang menjadi outbreak, sebetulnya tahun lalu pun 2022 ada juga outbreak di Afrika sana. Itu terjadi di daerah Gana. Tapi karena ini kematiannya tinggi, itu yang membuat juga penyebarannya tidak secepat seperti COVID," terangnya pada detikcom, Rabu (15/2).

"Ini yang dalam tanda kutip mengatasi penyebaran dari ebola virus maupun Marburg ini. Tapi kita masih belum mengetahui secara detil atau penuh tentang penyakit ini," imbuh Dicky.

Ia menyoroti, pada beberapa kasus, pasien mengalami masa inkubasi infeksi virus Marburg selama tiga minggu. Artinya, bisa dibutuhkan waktu berminggu-minggu untuk virus akhirnya memunculkan gejala sejak menjangkit seseorang. Kondisi itulah yang rentan menjadi peluang penularan.

"Ini yang harus diwaspadai adalah karena masa inkubasi. Masa inkubasi itu adalah masa orang terinfeksi kemudian menimbulkan gejala, itu ada yang sampai tiga minggu. Kita harus waspadai kemungkinan ini karena peningkatan globalisasi, international travel meningkat. Ini yang tentu meningkatkan juga potensi penyakit-penyakit seperti menular," pungkasnya.

Dicky menjelaskan, infeksi virus Marburg adalah penyakit zoonosis yang artinya, awalnya menular dari hewan ke manusia. Namun kini seiring wabah, virus tersebut menular ke sesama manusia melalui cairan tubuh.























Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "Pakar Epidemiologi Ungkap Penyebaran Virus Marburg Tak Seperti COVID, Tapi..."