Lansia 67 tahun menjadi pasien kelima yang sembuh dari HIV. (Foto: iStock) |
Pria di Desert Hot Springs, California, Amerika Serikat (AS) Paul Edmunds (67), menjadi pasien kelima di dunia yang mendapatkan remisi HIV pada Juli 2022. Sebelumnya, Edmonds dikenal secara anonim dengan nama pasien 'City of Hope' yang terinspirasi dari nama rumah sakit tempat ia dirawat.
Edmunds didiagnosis mengidap AIDS pada 1988. Kemajuan dalam kedokteran sejak itu membuat penyakitnya tidak terdeteksi dan tidak dapat ditularkan.
Edmunds menuturkan ia sembuh dari penyakit yang membunuh banyak temannya puluhan tahun lalu yang membuatnya 'mensyukuri hidup'. Dia disembuhkan menggunakan transplantasi sel punca (stem cell) darah yang langka namun berisiko dari seseorang yang memiliki mutasi darah yang membuat mereka kebal terhadap HIV.
Transplantasi seringkali dapat mengakibatkan infeksi yang mematikan. Oleh sebab itu, terapi ini diperuntukkan bagi orang-orang seperti Edmunds yang mengidap kanker stadium akhir.
"Saya sangat berterima kasih. Saya bersyukur masih hidup. Saya bersyukur ada donor," ujar Edmonds dikutip dari Daily Mail, Jumat (21/4/2023).
Edmunds dibesarkan di Georgia, AS. Pada pertengahan 1970-an, dia pindah ke San Francisco, California.
Bertahun-tahun kemudian, epidemi AIDS muncul. Kota-kota besar seperti San Francisco dan New York dihantam dengan hadirnya epidemi AIDS.
AIDS merupakan salah satu penyakit menular seksual. Pada saat itu, hanya ada sedikit informasi tentang penyebaran penyakit dan banyak yang terus melakukan hubungan seks tanpa kondom.
Pada puncak epidemi pada tahun 1995, 41 ribu orang AS meninggal karena AIDS. Pada akhir 1980-an, sekitar 10 ribu kematian tercatat setiap tahunnya.
Edmunds selalu teringat ketika ia melihat berita kematian teman dan orang yang dicintainya setiap minggu.
"Awalnya, itu seperti kutukan. Orang-orang takut satu sama lain," katanya.
Mulanya, Edmunds takut dites virus lantaran menganggap hal itu merupakan 'hukuman mati'. Pada 1988 ia akhirnya melakukan tes dan 'terkejut' dengan hasil yang positif.
HIV (Human Immunodeficiency Virus) menyerang sistem kekebalan tubuh. HIV membuat seseorang sangat rentan terhadap virus dan penyakit lain, seperti flu.
Ketika jumlah sel CD4 (sel darah putih yang bertanggungjawab untuk melawan infeksi) turun di bawah 200 per milimeter kubik darah, HIV telah beralih ke sindrom imunodefisiensi (AIDS). Menyebarnya penyakit ini dengan cepat pada tahun 1980-an mengejutkan dunia medis dan hanya ada sedikit informasi yang tersedia untuk pengobatan serta pencegahan.
Akhirnya, peningkatan kesadaran masyarakat terhadap HIV/AIDS menyebabkan angka kasus dan kematian kembali turun.
Pada tahun 1987, terapi antiretroviral pertama, yang meningkatkan sistem kekebalan meskipun terkena AIDS dan membuat penyakit ini tidak terdeteksi serta tidak menular beredar di pasaran. Edmunds menggunakan perawatan metode ini.
Pada 2012, profilaksis pra pajanan (PrEP) memasuki pasar. Pengguna pil harian dapat mengurangi risiko tertular HIV melalui hubungan seks hingga 99 persen.
Kombinasi dari obat-obatan membuat penyakit ini dapat ditangani oleh pria seperti Edmunds, tetapi dia masih hidup dengan virus tersebut hingga tahun lalu.
Pada 2018, ia didiagnosis mengidap leukemia atau kanker darah. Meskipun penyakit ini relatif jarang, seringkali mematikan.
Sekitar 60 ribu kasus akan didiagnosis di AS setiap tahun dan akan ada 23 ribu kematian.
Dia melakukan pengobatan di City of Hope Medical Center, tepat di luar Los Angeles. Saat menjalani kemoterapi, tim dokter menyadari bahwa mereka memiliki kesempatan untuk menyembuhkan Edmunds dari kedua penyakit tersebut sekaligus.
Transplantasi sel induk langka yang telah berhasil digunakan pada empat pasien sebelumnya yang mengidap sepasang penyakit tersebut. Dikarenakan pengobatannya yang berpotensi mematikan, dokter hanya akan menggunakannya pada orang yang sudah hampir meninggal.
Dokter menemukan donor yang tidak berkerabat dengannya tetapi memiliki mutasi genetik langka yang disebut CCR5 Delta 32 homozigot. Orang yang mengalami mutasi memiliki resistensi alami terhadap HIV karena mereka memiliki reseptor CCR5 pada sel kekebalan mereka yang dapat memblokir jalur yang perlu direplikasi oleh virus.
"Ini adalah mutasi yang sangat langka. Itu ada di sekitar satu persen populasi. Jadi bukan, itu bukan sesuatu yang sangat umum kita temukan," kata Dr Jana Ditker, dokter yang menangani Edmunds di City of Hope, kepada ABC.
Jenis transplantasi ini bisa mematikan karena ada kemungkinan sistem kekebalan tubuh menolak dan mulai menyerang sel yang ditanamkan.
Setelah menerima perawatan kemoterapi intensitas rendah, yang akan membuat transplantasi lebih dapat ditoleransi, dia menerima transplantasi sel punca darah pada awal 2019.
Dua tahun kemudian pada pertengahan 2021, Edmunds dinyatakan sembuh dari HIV.
"Kami sangat senang memberi tahu dia bahwa HIV-nya sembuh dan dia tidak perlu lagi menggunakan terapi antiretroviral yang telah dia jalani selama lebih dari 30 tahun," kata Dr Dickter pada tahun lalu.
"Dia melihat banyak temannya meninggal karena AIDS pada masa-masa awal penyakit itu dan menghadapi begitu banyak stigma ketika dia didiagnosis dengan HIV pada tahun 1988. Tapi sekarang, dia bisa merayakan pencapaian medis ini," lanjutnya.
Orang pertama yang berhasil menerima perawatan ini adalah Timothy Ray Brown atau 'pasien Berlin'. Brown melakukan transplantasi sumsum tulangnya pada 2007 yang membersihkan tubuhnya dari virus.
Sementara dia telah meninggal karena kanker, kisahnya merupakan terobosan dalam pengobatan HIV dan menyiapkan panggung untuk temuan di masa depan.
Meskipun pengobatan ini menjanjikan dan dapat memberi harapan bagi banyak orang yang menderita, penerapannya relatif terbatas. Namun, para ahli berharap terobosan yang dibuat dalam beberapa bulan terakhir akan memungkinkan pengobatan yang lebih baik untuk pembentukan virus.
Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "Pengakuan Pria 67 Tahun Jadi Orang Ke-5 di Dunia yang Sembuh dari HIV"