Hagia Sophia

25 May 2023

Kasus Infeksi Amoeba Pemakan Otak di AS Dilaporkan Makin Meluas

Ilustrasi amoeba pemakan otak (Foto: Getty Images/iStockphoto/sutthiphorn phanchart)

Infeksi amoeba pemakan otak mematikan dilaporkan semakin meluas di AS. Akibat perubahan iklim, amoeba tersebut telah meluas ke negara bagian AS utara. Sebelumnya, infeksi ini hanya dilaporkan menyerang orang-orang di negara bagian AS selatan.

Sehubungan hal itu, Asosiasi Kesehatan Masyarakat Ohio baru-baru ini menerbitkan laporan kasus untuk meningkatkan kesadaran akan penyakit ini di antara penyedia layanan kesehatan di negara bagian tersebut.

"Peningkatan kejadian N fowleri [spesies amoeba pemakan otak] di iklim utara hanyalah salah satu dari banyak cara perubahan iklim mengancam kesehatan manusia dan manfaat pendidikan baru dari penyedia layanan kesehatan," kata penulis laporan kasus dalam sebuah makalah yang diterbitkan 16 Mei dalam Jurnal Kesehatan Masyarakat Ohio.

Adapun amoeba yang menjadi biang kerok tren tersebut disebut Naegleria fowleri. Organisme bersel ini biasanya hidup secara bebas di tanah dan perairan, seperti sungai air tawar, danau, dan sumber mata air panas. Seperti halnya jenis amoeba lain, organisme ini memiliki ukuran sangat kecil sehingga hanya dapat dilihat melalui mikroskop.

Dalam kasus yang jarang terjadi, amoeba dapat menyusup ke otak manusia dan sumsum tulang belakang melalui hidung. Jika sudah menginfeksi, amoeba ini dapat menyebabkan infeksi otak atau Primary Amebic Meningoencephalitis (PAM). Kondisi ini dapat berakibat fatal, bahkan bisa berujung kematian.

"Profesional kesehatan masyarakat Ohio harus memperhatikan kejadian infeksi N fowleri di negara bagian utara termasuk Indiana, Iowa, dan Minnesota, serta tujuan liburan umum untuk warga Ohio di mana infeksi N fowleri telah dilaporkan, seperti Virginia, North Carolina, Selatan. Carolina, Georgia, dan Florida," catat laporan kasus baru tersebut.

Tak hanya itu, laporan yang baru-baru ini dikeluarkan juga melaporkan kasus seorang wanita berusia 30 tahun-an dibawa ke rumah sakit di negara bagian Midwestern lantaran tak sadarkan diri. Hal tersebut terjadi setelah dirinya mengalami sakit kepala parah, sensitivitas cahaya, mual, dan kebingungan.

Awalnya, ia diduga mengalami meningitis bakteri atau radang otak yang disebabkan bakteri. Namun, selama wawancara dengan pasangan wanita tersebut, seorang perawat kesehatan masyarakat mengetahui bahwa pasien dan keluarganya telah pergi ke pantai danau air tawar empat hari sebelumnya dan dia membenamkan kepalanya di bawah air.

Setelah dicek sampel serebrospinal atau cairan yang mengelilingi otak dan sumsum tulang belakang, ternyata hasilnya negatif bakteri. Karenanya, tim medis menduga wanita tersebut mungkin terjangkit virus.

Namun, kondisi wanita tanpa diketahui identitasnya itu semakin memburuk. Tim medis yang merawatnya pun kebingungan hingga mencari penyebab potensial lainnya. Mereka pun menghubungi Biro Penyakit Menular di departemen kesehatan negara bagian tentang penyebab potensial lainnya, kemudian departemen tersebut menghubungi Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC).

CDC pun menduga bahwa kasus tersebut mungkin disebabkan oleh bakteri N Fowleri. Pihak CDC juga memberikan informasi tentang miltefosine, obat yang telah membunuh N fowleri di laboratorium dan membunuh spesies amoeba pemakan otak lainnya pada manusia.

"Pasien menanggapi pengobatan dengan baik. Dua minggu setelah timbulnya gejala, dia pulih dengan kerusakan saraf minimal dan dapat melanjutkan kehidupan berkualitas tinggi bersama keluarganya," kata laporan itu.

Diagnosis yang cepat adalah kunci untuk membuat pasien memulai perawatan ini tepat waktu agar berpotensi membuat perbedaan.

Kasus PAM sendiri sebenarnya jarang terjadi. Sejak 1962, sekitar nol hingga delapan kasus telah dilaporkan secara nasional setiap tahun. Sebagian besar infeksi ini dikaitkan dengan seseorang yang berenang di Selatan, terutama di Florida dan Texas.























Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "Geger Kasus Amoeba Pemakan Otak Meluas di AS, Pasien Ngeluh Sakit Kepala Parah"