Hagia Sophia

25 May 2023

Suhu Ekstrem di India Masih Berlanjut, 13 Orang Dikabarkan Meninggal

Cuaca panas di India. (Foto: NurPhoto via Getty Images/NurPhoto)

Suhu ekstrem di India masih berlanjut, sejumlah wilayah masih terancam menghadapi gelombang panas dalam dua hari ke depan.

Ketika suhu melewati 45 derajat Celcius di negara bagian utara Uttar Pradesh, beberapa wilayah mengalami pemadaman listrik yang berlangsung lebih dari 12 jam. Ratusan warga dibuat frustasi hingga memprotes pemadaman tersebut.

"Pemadaman listrik berarti tidak ada AC, tidak ada kipas, dan bahkan tidak ada air. Panas terik telah membuat hidup kami tak tertahankan dan kurangnya daya menambah kesengsaraan kami," kata Ramesh Gupta, seorang penduduk Lucknow. Dia mengatakan istrinya terpaksa tidur di dalam mobil selama akhir pekan dengan AC yang tinggi agar bayi mereka berusia 9 bulan berhenti menangis, dikutip dari CNA.

Panas membara, memaksa banyak penduduk kota mengungsi hingga tak keluar dari ruangan. "Kami telah menjadi tahanan musim panas tanpa henti karena tidak ada yang mau keluar," kata Sudhir Sehgal, seorang guru.

Salah satu warga India, yang semula sehari-hari menjadi tukang kebun, kini terpaksa tidak lagi bekerja. "Saya tidak bisa bekerja lagi sekarang. Saya akan bekerja setelah matahari terbenam," katanya.

Sebuah studi World Weather Attribution, yakni kelompok akademik yang meneliti sumber panas ekstrem, menemukan gelombang panas membara pada bulan April melanda sebagian Asia Selatan. Hal ini terjadi 30 kali lebih mungkin akibat perubahan iklim.

Cuaca panas memicu 13 orang meninggal akibat heatstroke pada acara pemerintah bulan lalu di ibu kota India, Mumbai, dan mendorong beberapa negara bagian menutup semua sekolah selama seminggu.

Para ilmuwan mengatakan suhu setidaknya 2 derajat Celcius lebih panas di Asia Selatan daripada masa pra-industri karena perubahan iklim. Saat ini, dunia rata-rata lebih hangat sekitar 1,1 hingga 1,2 derajat Celcius.

"Akses ke perawatan kesehatan dan solusi pendinginan seperti kipas angin dan AC hilang untuk banyak populasi di wilayah ini," kata Emmanuel Raju, Direktur Pusat Penelitian Bencana Kopenhagen di Universitas Kopenhagen.

Asia Selatan dianggap sebagai salah satu yang paling rentan terhadap perubahan iklim di dunia, menurut berbagai studi iklim global. Tetapi India, negara terbesar di kawasan ini dan terpadat di dunia, saat ini juga merupakan penghasil gas pemanasan planet tertinggi ketiga.

Para ilmuwan mengatakan tindakan drastis untuk mengurangi emisi karbon dioksida adalah satu-satunya solusi.

"Gelombang panas akan menjadi lebih umum, suhu akan meningkat lebih banyak, dan jumlah hari dengan cuaca panas menyengat akan menjadi lebih sering," jika kita terus memompa gas rumah kaca ke atmosfer, kata Chaya Vaddhanaphuti, seorang profesor di Universitas Chiang Mai di Thailand.























Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "Panas Membara, India Masih Dihantui Suhu Ekstrem! 13 Orang Dilaporkan Tewas"