Hagia Sophia

30 May 2023

Kasus Penyakit Paru di Indonesia Meningkat, Polusi Udara Jadi Salah Satu Penyebabnya

Polusi udara memicu sejumlah penyakit pernapasan, salah satunya PPOK. (Foto: detikHealth/AN Uyung Pramudiarja)

Kualitas polusi udara di beberapa wilayah seperti Jakarta dan Tangerang Selatan sedang tidak baik-baik saja. Berdasarkan data dari IQ Air, indeks kualitas udara di titik wilayah ini menunjukkan indikasi tidak sehat, bahkan sangat tidak sehat pada waktu-waktu tertentu.

Seperti pantauan detikcom pada sore ini, disebutkan dalam laman tersebut bahwa tingkat polusi udara di Jakarta pukul 16.47 waktu setempat tergolong tidak sehat bagi orang sensitif, yakni di angka 109. Sementara di Tangerang Selatan, indeks kualitas udaranya tidak sehat, yakni di angka 166. Namun, angka tersebut tak mutlak dan bisa berubah setiap waktunya.

Sudah banyak diketahui, polusi udara dapat memicu beragam masalah kesehatan, terutama pada pernapasan. Di antaranya, Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK).

Prof dr Wiwien Heru Wiyono, PhD, SpP(K) selaku Guru Besar Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi FK UI, mengungkapkan peningkatan prevalensi PPOK di Indonesia. Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 menunjukkan prevalensi PPOK mencapai 3,7 persen.

Sedangkan data dari Diagnosis dan Penatalaksanaan PPOK PDPI Edisi 2016 menyebutkan bahwa prevalensi PPOK di Indonesia mencapai 5.6 persen, atau sekitar 8,5 juta jiwa. Inisiatif Global untuk Penyakit Paru Obstruktif Kronis (GOLD) 2023 memperkirakan angka prevalensi PPOK hingga 2060 akan terus meningkat.

"Jadi selama angka rokok tinggi, itu selalu akan meningkat. Kita tercatat kurang lebih 66 juta penduduk Indonesia masih merokok. Di Asia termasuk tinggi, angka merokok. Jadi, itu mungkin kenapa angka prevalensi PPOK meningkat," ucapnya saat ditemui detikcom di Jakarta Selatan, Senin (29/5/2023).

Tak hanya itu, Prof Wiwien juga menyebut zat-zat berbahaya atau polusi udara yang buruk juga menyebabkan angka prevalensi PPOK di RI meningkat. Adapun salah satu provinsi di RI yang termasuk kategori populasi buruk, yaitu Jakarta. Namun di samping itu, ia juga menyoroti penyebab utama PPOK lainnya adalah rokok.

"Kalau nggak salah Jakarta termasuk wilayah tertinggi angka polusinya, ini yang mempengaruhi prevalensi penyakit ini, perlu kita turunkan. Tapi utamanya rokok. Selama dia tidak merokok atau bisa menghentikan rokoknya dengan segera, mungkin bisa kita hentikan progresnya, kita bisa tekan angka PPOK-nya," ucapnya lagi.

Senada, juru bicara Kementerian Kesehatan RI dr Mohammad Syahril mengungkapkan polusi udara yang buruk bisa menjadi faktor risiko beberapa penyakit serius, seperti PPOK hingga kanker paru.

Meskipun begitu, ia menyebut hal tersebut tak serta merta terjadi dalam waktu singkat, seperti sehari atau dua hari setelah terpapar polusi. Menurutnya, membutuhkan waktu yang lama dan tergantung seberapa besarnya kadar polusi yang dihirup oleh seseorang.

Ia juga mewanti-wanti masyarakat untuk menggunakan masker di tengah polusi udara yang sedang memburuk. Hal ini berguna untuk mencegah terpapar penyakit kronis.

"Jadi intinya, PPOK ini disebabkan oleh karena polusi udara atau kualitas udara yang dihirup itu mengandung zat-zat yang bisa menyebabkan iritasi maupun yang mampu menyebabkan kerusakan di dalam saluran napas," ucapnya.























Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "Kasus PPOK RI Melonjak! Ahli Sebut Salah Satu Penyebabnya Polusi Udara Buruk"