Selain masalah gelombang panas, India juga menghadapi masalah polusi udara berbahaya. (Foto: AP/Tsering Topgyal) |
Gelombang panas yang terjadi tahun ini di India menjadi sorotan banyak negara. Setidaknya ada 13 orang yang tewas akibat heatstroke di India semenjak April 2023.
Tidak hanya soal masalah gelombang panas, India kini juga dihadapkan dengan permasalahan polusi udara yang begitu buruk. India menempati peringkat delapan sebagai negara paling tercemar dalam urusan kualitas udara.
Menurut Laporan Kualitas Udara Dunia 2022 dari IQAir, 12 dari 15 kota paling berpolusi di Asia Tengah dan Selatan berada di India. Tingkat PM2.5 rata-rata di India pada tahun 2022 mencapai 53,3 g/m3. Walaupun catatan tersebut lebih rendah daripada tahun sebelumnya, jumlah tersebut masih jauh lebih tinggi dari batas konsentrasi PM2.5 dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sebesar 5g/m3.
Bhiwadi yang terletak di distrik Alwar Rajasthan menjadi kota paling tercemar di India dan nomor dua di Asia Tengah dan Selatan. Tingkat PM2.5 di Bhiwadi mencapai 92,7 g/m3.
Posisi Bhiwadi diikuti oleh Darbhanga dan Asopur di Bihar di angka 90,3 g/m3 dan 90,2 g/m3.
Kesulitan India Atasi Masalah Polusi
India sebenarnya telah menerapkan berbagai aturan yang ditujukan untuk mengatasi sumber polusi udara seperti industri dan lalu lintas jalan raya. Walau begitu, kualitas udara India masih terus memburuk hingga menjadi bencana kesehatan masyarakat saat ini.
Program Udara Bersih Nasional India (NCAP) diketahui sudah diberlakukan selama empat tahun di India. Dari beberapa kota yang ditargetkan, hanya sedikit kemajuan yang terjadi. Bahkan beberapa daerah seperti Chennai dan Mumbai kondisi polusinya makin buruk.
"Kesulitan dalam mencapai dampak yang bertahan lama dari inisiatif ini memiliki banyak sisi," ucap Suresh Ramasubramanya dari Pusat Studi Lingkungan, Institut Energi dan Sumber Daya (TERI) dikutip dari Wion, Selasa (30/5/2023).
Polusi dapat disebabkan oleh berbagai macam hal. Mulai dari emisi kendaraan, polutan industri, debu konstruksi, hingga pembakaran tanaman. Suresh mengatakan mengontrol masing-masing sumber polusi saja menghadirkan tantangan tersendiri.
Suresh juga menambahkan bahwa beragam teori yang nampak efektif seringkali sulit untuk diimplementasikan dan menemui berbagai kendala.
"Membutuhkan kolaborasi dan koordinasi yang kuat antara departemen dan sektor yang berbeda," jelas Suresh.
Permasalahan polusi juga memerlukan kesadaran publik hingga ketersediaan dana dan sumber daya yang cukup.
"Kendala lain yang sering diabaikan adalah kurangnya kemauan politik untuk mengatasi polusi udara. Ini masalah rumit tanpa perbaikan cepat," jelas Suresh.
"Banyak politisi mungkin ragu untuk bertindak karena potensi implikasi ekonomi dari peraturan yang lebih ketat, menciptakan konflik antara keuntungan ekonomi jangka pendek dan kesehatan lingkungan jangka panjang," pungkasnya.
Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "Tak Cuma Diserang Panas Mematikan, India Juga 'Babak Belur' Dihajar Polusi"