Ilustrasi virus. (Foto: Getty Images/iStockphoto/ktsimage) |
Ada beberapa bakteri dan virus yang membeku selama ribuan tahun di dalam lapisan permafrost prasejarah. Tanah arktik yang dingin dan dasar sungai menjadi 'dunia' yang penuh dengan mikroba kuno.
Walau sudah terkunci di tempat-tempat tersebut, perubahan iklim dan pemanasan global dikhawatirkan menyebabkan bakteri dan 'virus zombie' itu kembali bangkit dan mengancam keberlangsungan makhluk di bumi, khususnya manusia.
Suhu yang tinggi karena pemanasan global membuat sebagian 'penjara mikroba beku' mencair. Hal ini dapat membuat patogen yang tidak diketahui dapat menginfeksi manusia dan hewan.
"Risiko pasti akan meningkat dalam konteks pemanasan global, di mana pencairan permafrost akan terus meningkat, dan lebih banyak orang akan menghuni Kutub Utara," ucap ahli biologi komputasi di Universitas Aix-Marseille Prancis Jean-Michel Claverie dikutip dari CNN, Selasa (6/6/2023).
"Karena semua virus pada dasarnya memiliki sifat yang sama sebagai partikel inert saat berada di luar sel inangnya. Kami tidak ingin mengambil risiko besar untuk memulai pandemi baru dengan virus 'zombie' yang tidak diketahui dari masa lalu hanya untuk menunjukkan bahwa kita benar," sambungnya.
Namun perlu diingat bahwa 'virus zombie' bukanlah virus yang dapat merubah manusia menjadi seperti zombie di film. Istilah zombie digunakan karena virus tersebut mampu hidup di dalam es selama ribuan tahun dan memiliki kemungkinan 'bangkit lagi' jika es mencair.
Perubahan kondisi iklim juga bisa memungkinkan nyamuk, kelelawar, dan hewan lainnya membawa patogen berpindah ke tempat yang lebih dekat dengan manusia. Bahkan kekeringan serta cuaca ekstrem bisa menyebabkan manusia kekurangan gizi dan mengurangi kemampuannya untuk menangkal penyakit.
Ada 8 'virus zombie' yang dikhawatirkan akan bangkit lagi karena pemanasan global yang terjadi. Adapun di antaranya adalah Pithovirus sibericum, Molivirus sibericum, Pithovirus mammoth, Pandoravirus mammoth, Pandoravirus yedoma, Megavirus mammoth, Pacmanvirus lupus, dan Cedratvirus lena.
Dari sejumlah virus tersebut, Pithovirus sibericum termasuk sebagai salah satu virus terbesar yang pernah ditemukan. P sibericum memiliki panjang sekitar 1,5 mikrometer atau seukuran dengan bakteri kecil dan termasuk kelompok virus raksasa.
P sibericum ditemukan oleh para ilmuwan yang terletak jauh di dalam inti permafrost Siberia Kuno. Proses ekstraksi dilakukan pada tahun 2000 di Kolyma, Timur Jauh Rusia.
Virus berusia 30 ribu tahun tersebut dihidupkan kembali dengan memaparkan sampel permafrost ke amuba yang dikenal sebagai satu-satunya inang P sibericum yang diketahui.
"Protokol kami adalah menempatkan kultur amuba (di laboratorium) dalam kontak dengan berbagai sampel, dengan harapan mereka mengandung virus yang mampu menginfeksi amuba," kata Claverie.
Virus ini dinilai tidak berbahaya bagi manusia, namun bisa membahayakan terhadap satwa liar.
Adapun selain itu juga ada Pithovirus mammoth yang memiliki partikel besar dan memanjang sepanjang 1,8 mikrometer. P mammoth memiliki struktur seperti gabus yang mirip P sibericum.
P mammoth adalah strain kedua Pithovirus yang tercatat dan diisolasi dari rumpun wol mammoth berusia 27 ribu tahun. Virus ini ditemukan dari penggalian di tepi Sungai Yana di Timur Jauh Rusia.
Selain itu juga ada Pacmanvirus lupus yang berkerabat jauh dengan virus demam babi Afrika dari keluarga Asfarviridae. Para ilmuwan menamainya seperti game Pac-Man lantaran ketika pecah, cangkang proteinnya terlihat seperti mulut yang menganga.
Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "Begini Dampak Jika 'Virus Zombie' Bangkit, Bukan Bikin Manusia Jadi Mayat Hidup"