Ilustrasi virus zombie (Foto: Getty Images/iStockphoto/ktsimage) |
Beberapa ilmuwan top membunyikan lonceng peringatan setelah mengetahui ada delapan 'virus zombie' yang berpotensi bangkit lagi hingga merajalela. Adapun pemicunya imbas perubahan iklim dan pemanasan global.
Terkunci di tanah Arktik yang dingin dan dasar sungai adalah dunia yang penuh dengan mikroba kuno. Bakteri dan virus yang ada ribuan tahun yang lalu membeku dalam waktu di dalam lapisan permafrost prasejarah.
Suhu yang memanas dapat menyebabkan sebagian besar es mencair dan melepaskan mikroba ini dari penjara beku mereka. Setelah bebas, patogen yang tidak diketahui dapat menginfeksi manusia atau hewan lain.
"Risiko pasti akan meningkat dalam konteks pemanasan global, di mana pencairan permafrost akan terus meningkat, dan lebih banyak orang akan menghuni Kutub Utara," Jean-Michel Claverie, ahli biologi komputasi di Universitas Aix-Marseille di Prancis yang mempelajari ilmu kuno dan virus eksotis, kata CNN, dikutip dari LiveScience.
"Karena semua virus pada dasarnya memiliki sifat yang sama sebagai partikel inert saat berada di luar sel inangnya. Kami tidak ingin mengambil risiko besar untuk memulai pandemi baru dengan virus 'zombie' yang tidak diketahui dari masa lalu hanya untuk menunjukkan bahwa kita benar," tuturnya lagi.
Perlu diingat bahwa 'virus zombie' bukan seperti virus yang mengubah manusia menjadi zombie di film-film. Hanya saja ini merupakan istilah nama lantaran virus tersebut mampu hidup di dalam bekuan es selama ribuan bahkan ratusan ribu tahun.
Adapun delapan virus yang diyakini para ahli dapat mengancam dunia adalah Pithovirus Sibericum, Mollivirus Sibericum, Pithovirus Mammoth, Pandoravirus Mammoth, Pandoravirus Yedoma, Megavirus Mammoth, Pacmanvirus Lupus, dan Cedratvirus Lena.
Dari jumlah tersebut, Pithovirus Sibericum adalah salah satu virus terbesar yang pernah ditemukan, berukuran panjang 1,5 mikrometer. Itu ditemukan pada tahun 2014, dan diperkirakan berusia sekitar 30.000 tahun.
"Ini adalah pertama kalinya kami melihat virus yang masih menular setelah sekian lama," kata Mr Claverie
"Kemudahan isolasi virus baru ini menunjukkan bahwa partikel menular dari virus yang spesifik untuk banyak inang eukariotik lain yang belum teruji [termasuk manusia dan hewan] mungkin tetap melimpah di permafrost kuno," lanjutnya lagi.
Pithovirus Sibericum dianggap tidak berbahaya bagi manusia, tetapi bisa berdampak terhadap satwa liar bisa berbahaya.
Selain itu ada juga 'virus zombie' bernama Mollivirus Sibericum. Virus ini disebut dapat menimbulkan risiko yang signifikan pada manusia lantaran diprediksi berdampak besar pada manusia Siberia Kuno.
"Kami tidak dapat mengesampingkan bahwa virus jauh dari populasi manusia (atau hewan) Siberia kuno dapat muncul kembali ketika lapisan permafrost Arktik mencair dan / atau terganggu oleh aktivitas industri," tuturnya lagi.
Ada juga Pandoravirus Yedoma sebelumnya telah ditemukan untuk membunuh sel amuba, dan diperkirakan berusia sekitar 48.500 tahun. Sementara Megavirus Mammoth adalah virus lain yang menginfeksi amuba.
Sampai saat ini belum ada kasus manusia yang terinfeksi virus ini. Namun, para ahli mewanti-wanti bahwa semakin banyak permafrost mencair, semakin besar kemungkinan virus mematikan dapat mengancam dunia.
Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "Ilmuwan Ketar Ketir 'Virus Zombie' Bangkit Lagi, Bakal Separah Apa Efeknya?"