Masalah populasi di Korea Selatan. (Foto: Getty Images/Woohae Cho) |
Korea Selatan adalah salah satu negara yang dihantam krisis populasi di Asia. Tren ini dibarengi dengan kenyataan penurunan tempat penitipan anak, yang kini jumlahnya 'dibalap' oleh panti jompo.
Menurut data Statistics Korea di 2021, 182 dari 228 kotamadya, kabupaten, distrik, dan wilayah negara termasuk kota Sejong dan Pulau Jeju mengalami penurunan populasi secara alami. Data juga menunjukkan bahwa angka kematian melampaui jumlah kelahiran di 80 persen wilayah Korsel.
Bila dibandingkan dengan dua dekade lalu, jumlah daerah dengan penurunan populasi alami meningkat dua kali lipat. Pada tahun 2011, hanya 88 dari 229 daerah atau 38,4 persen yang mengalami penurunan alami.
Selain itu, 15 dari 25 distrik di Seoul juga mengalami penurunan populasi alami pada tahun 2021. Hal ini sangat kontras dengan situasi tahun 2011 ketika tidak ada satupun distrik di Seoul yang mengalami penurunan populasi.
Kejadian penurunan populasi ini juga terjadi di Busan, Provinsi Gangwon, dan Jeolla Utara.
Karena menurunnya angka kelahiran dan meningkatnya jumlah lansia dengan cepat, ketersediaan pusat penitipan anak pun menurun dan fasilitas kesejahteraan lansia meningkat.
Kementerian Kesehatan dan Kesejahteraan Korsel melaporkan bahwa pada akhir tahun 2022, jumlah pusat penitipan anak di Korsel berjumlah 30.923. Jumlah tersebut sudah menurun sebanyak 9.315 dibandingkan dengan akhir tahun 2017.
Sebaliknya, jumlah fasilitas kesejahteraan lansia justru meningkat dari yang sebelumnya berjumlah 76.371 pada tahun 2017 meningkat menjadi 89.643 pada tahun 2022. Jumlah tersebut memperlihatkan peningkatan pesat 17 persen hanya dalam waktu lima tahun.
Jika masalah rendahnya angka kelahiran ini tidak segera diatasi dengan baik, jumlah populasi Korsel yang saat ini ada di angka 52 juta diprediksi akan anjlok menjadi 38 juta pada tahun 2070.
Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "Bukti Nyata Krisis Populasi Korsel? Jumlah Panti Jompo Meroket Lampaui Daycare"