Kondisi rumah sakit di Uttar Pradesh, India, saat lonjakan kasus kematian terjadi diduga berkaitan dengan suhu panas esktrem. Foto: AP/Rajesh Kumar Singh |
Sepanjang 15 hingga 22 Juni 2023, terdapat lebih dari 150 orang meninggal dunia di rumah sakit distrik Ballia dan Deoria, di negara bagian Uttar Pradesh, India Utara. Seiring itu, pada periode ini, tercatat suhu di Ballia mencapai hampir 45 derajat celcius.
Menurut Kalkulator Indeks Panas Administrasi Kelautan dan Atmosfer Nasional, kondisi ini akan terasa seperti lebih dari 60 derajat celcius bagi tubuh manusia, sehingga berisiko memunculkan efek bahaya yang ekstrem. Departemen Meteorologi India sebelumnya telah mengeluarkan peringatan bahwa kondisi gelombang panas 'sangat mungkin terjadi'.
Sebuah tim investigasi yang dikirim ke Ballia menyimpulkan bahwa panas dapat memicu kematian, namun belum tentu betul-betul menjadi penyebab kematian. Pasalnya, sebagian besar pasien memiliki masalah kesehatan yang mendasari.
Namun berangkat dari kondisi tersebut, muncul pertanyaan tentang bagaimana India mencatat dampak kesehatan dari panas ekstrem, aspek kunci dari perubahan iklim di negara tersebut.
"Sistem kelahiran dan kematian di negara ini tidak terorganisir. Kurangnya minat pemerintah dalam mencatat angka kematian berlebih mengarah pada sistem manajemen kematian yang cacat," ungkap Dileep Mavalankar, direktur lembaga pendidikan Institut Kesehatan Masyarakat India, kepada The Third Pole, dikutip dari The Third Pole, Minggu (9/7/2023).
"Selama gelombang panas tahun 2003 di Eropa, 70.000 kematian tambahan tercatat hanya dalam tiga minggu. Tapi tidak semuanya terkait langsung dengan panas. Hal serupa terjadi di Ballia dan Deoria tahun ini, tercatat ada pembambahan kasus kematian tetapi tidak ada alasan yang diberikan," imbuhnya.
Pada 20 Juni, Menteri Kesehatan India Mansukh Mandaviya mengumumkan bahwa Dewan Riset Medis India akan melakukan penelitian untuk meminimalkan dampak gelombang panas terhadap kesehatan masyarakat.
Dokter medis dan penasihat kebijakan kesehatan yang bekerja dengan program Organisasi Kesehatan Dunia dan Bank Dunia, Rakesh Parashar, menjelaskan bahwa di India, sertifikat kematian dapat mencantumkan penyebab langsung kematian dan penyebab 'anteseden'. Walhasil, masalah mendasar atau kondisi yang berkontribusi pada penyebab utama kematian bisa diketahui.
"Aturan sertifikat kematian meminta (dokter) untuk menyebutkan penyebab medis langsung seperti penyakit jantung iskemik (berkurangnya aliran darah ke jantung) atau gagal ginjal akut, yang mungkin dipicu oleh paparan panas atau stroke panas pada beberapa orang, terutama pada orang tua dan penderita diabetes. " jelasnya.
Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "Kematian Melonjak di India Lebih dari 150 Kasus, Diduga gegara Warga Kepanasan"