Ilustrasi. (Foto: Getty Images/iStockphoto/AgFang) |
Seorang bayi berusia 18 bulan bernama Evie di Surrey, Inggris, dilarikan ke rumah sakit setelah ibunya menemukan semacam 'cincin' putih pada mata bayi tersebut. Insiden tersebut bermula ketika mereka sedang menyantap makan malam.
Sang ibu, Danielle Prior (30) langsung menelepon dokter dan membuat janji untuk pemeriksaan anaknya. Evie dirujuk untuk menjalani tes dan pemeriksaan lebih lanjut.
Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa ia menderita retinoblastoma, jenis kanker mata yang langka, yang hanya diidap oleh 44 anak di Inggris dan 300 anak di Amerika Serikat setiap tahunnya.
Balita tersebut menjalani pengobatan selama berbulan-bulan dan sekarang sudah sembuh. Namun, sang ibu mengatakan bahwa terdapat kemungkinan kanker mata tersebut muncul lagi dan berdampak serius di kemudian hari.
Selama kunjungan ke dokter umum awal tahun ini, Evie menjalani tes refleksi merah untuk memeriksa kondisi matanya. Balita ini kemudian dirujuk ke dokter spesialis mata.
Evie menjalani operasi eksplorasi dengan anestesi umum yang mengonfirmasi adanya retinoblastoma Grade D, yang berarti sudah berada pada stadium lanjut, yang menghabiskan tiga perempat bagian matanya.
Kanker biasanya dipicu oleh mutasi yang berkembang pada satu gen saat mata berkembang. Jenis kanker ini paling sering menyerang anak-anak di bawah usia lima tahun.
Cahaya putih atau pantulan pada bagian tengah pupil adalah gejala yang paling umum. Tanda-tanda lain dapat berupa juling, perubahan warna iris dan pembengkakan di sekitar mata.
Sekitar 44 persen dari mereka yang didiagnosis berada di tahun pertama kehidupan dan sekitar 63 persen didiagnosis pada satu mata saja.
"(Ketika saya mendapat kabar itu), saya merasa hancur, saya tidak ingin berbicara dengan siapa pun, saya hanya ingin menutup semuanya," ungkap Danielle, dikutip dari Daily Mail, Sabtu (16/09/2023).
"Saya tidak bisa makan atau tidur dan saya menderita kecemasan. Sebelum Evie didiagnosis, kami terus berpikir 'mungkin kami salah', bahwa ini bisa jadi jinak atau hanya katarak," lanjutnya.
Evie telah menjalani enam kali kemoterapi intra-arteri, dosis kemoterapi terkonsentrasi yang dilakukan secara langsung ke mata yang terdampak, dengan harapan dapat membersihkan kankernya.
Kankernya masih tersisa meskipun petugas medis percaya bahwa pengobatan tersebut pada awalnya berhasil. Orangtuanya memilih untuk melanjutkan pengobatan dengan harapan usaha itu akan berhasil daripada sang balita harus menjalani operasi pengangkatan mata.
Sekarang, Evie berada dalam masa pemulihan, tetapi masih harus menjalani pemeriksaan setiap enam minggu di salah satu rumah sakit di London.
"Kami harus memeriksanya sampai dia dewasa, para dokter mengatakan kepada saya bahwa pada titik tertentu, hal itu tidak akan menjadi masalah lagi. Pada dasarnya, ketika mata berhenti tumbuh, ia akan tetap stabil," kata Danielle.
Saat ini Evie masih memiliki tumor di matanya dan dokter tidak bisa mengambil tindakan aman, di mana mereka benar-benar dapat mengangkat tumor tersebut tanpa ada kemungkinan menyebar ke otak.
Danielle mengatakan, Evie mengalami kecemasan akibat terlalu sering melakukan kunjungan medis.
"Dia takut dan gelisah, hal ini (pergi ke dokter dan berurusan dengan pengobatan) benar-benar mempengaruhinya. Dia tidak suka orang asing dan bahkan agak ragu-ragu di sekitar anak-anak lain, sangat mengerikan melihatnya. Kami hanya berharap untuk mengembalikan kepercayaan dirinya," pungkas Danielle.
Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "Balita 18 Bulan Kena Kanker Ganas, Gejala Awalnya Ada 'Cincin' Putih di Mata"