Foto: ANTARA FOTO/Fakhri Hermansyah |
Kasus COVID-19 di Indonesia kembali meningkat, bersamaan dengan situasi di sejumlah negara termasuk Singapura dan Malaysia. Disebut-sebut, kenaikan kasus kali ini dipicu oleh penyebaran varian Eris EG.5.
Namun hal lain disampaikan oleh Ketua Satgas COVID-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI) sekaligus spesialis paru RS Persahabatan dr Erlina Burhan, SpP(K). Menurutnya, kenaikan kasus COVID-19 di Indonesia kali ini juga tak terlepas dari menurunkan kadar antibodi di tubuh masyarakat, yang sudah menurun dalam waktu beberapa bulan setelah suntikan vaksin COVID-19 terakhir.
"EG.5 sudah ditemukan di Indonesia sejak Juli, bahkan angkanya hampir menyentuh 20 persen saat variannya adalah EG.5. Tapi kan gejalanya ringan-ringan saja tidak ada lonjakan kasus, (tidak ada) lonjakan perawatan di rumah sakit," ujarnya dalam konferensi pers, Rabu (6/12/2023).
"Ada kemungkinan bahwa titer antibodi juga menurun karena sudah lama kita divaksin. Sudah lebih dari enam bulan dan secara teori harusnya (antibodi) menurun," imbuh dr Erlina seraya menjelaskan, kenaikan kasus COVID-19 juga bisa dipicu oleh penerapan protokol kesehatan yang melonggar dan mobilisasi masyarakat yang tinggi.
Perlu Vaksin COVID-19 Lagi?
Dalam kesempatan tersebut juga, dr Erlina mengingatkan masyarakat yang belum mendapatkan suntikan booster vaksin COVID-19 untuk segera mendapatkannya. Pasalnya secara teori, tingkat proteksi vaksin COVID-19 dalam tubuh memang menurun dalam waktu 6 sampai 12 bulan setelah suntikan.
"Seiring waktu daya tahan tubuh atau titer antibodi kekebalan COVID-19 yang dihasilkan vaksin mulai declining, berkurang terutama setelah bulan ke-6 sampai ke-12. Vaksinasi booster khususnya pada kelompok rentan, manula, dan orang-orang dengan daya tahan tubuh rendah ini saya kira perlu dianjurkan untuk mengurangi risiko infeksi dan beratnya penyakit," pungkasnya.
Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "Kasus COVID-19 RI Naik, Dokter Singgung Antibodi Warga +62 Mulai 'Ngedrop'"