Ilustrasi kunjungan ke dokter karena kanker. (Foto: iStock) |
Seorang wanita Texas, Amerika Serikat, didiagnosis mengidap kanker paru-paru stadium 4 pada usia 37 tahun. Dia terkejut saat diberitahu tentang penyakitnya karena tidak merokok.
Tiffany Job, perawat dan ibu dari dua anak yang saat ini berusia 40 tahun itu berasumsi bahwa nyeri di tulang rusuk kanannya yang dimulai pada Maret 2020 adalah otot tertarik akibat berolahraga. Namun setelah itu kondisinya tak kunjung membaik meski sudah memeriksakan diri ke dokter.
Dalam perjalanan hiking pada bulan Juli 2020, dia hampir tidak bisa berjalan beberapa meter tanpa detak jantungnya yang melonjak dan sesak napas. Lalu, sebulan kemudian, Tiffany mengalami batuk yang tak kunjung reda. Dokter melakukan tes darah dan meresepkan antibiotik dan steroid.
Pada bulan September, Tiffany pergi ke dokter perawatan primernya, yang memerintahkan tes fungsi paru (PFT). Tes ini mengukur volume dan kapasitas paru-paru, serta bagaimana udara bergerak melaluinya.
Selama beberapa minggu berikutnya, dokter berspekulasi bahwa penyakit tersebut bisa disebabkan oleh apa saja, mulai dari sarkoidosis, COVID, atau TBC. setelah menghabiskan berhari-hari dalam isolasi, hasil pemindaian menunjukkan bahwa Tiffany mengidap kanker paru-paru non-sel kecil stadium empat, yang telah menyebar ke panggul, tulang paha kanan, dan lehernya.
"Saya awalnya menyangkal karena tak mengira hal ini akan terjadi," ujar Tiffany dikutip dari Daily Mail.
Tumor yang diidap Tiffany memiliki mutasi genetik yang dikenal sebagai EGFR (epidermal growth factor receptor). Artinya kanker menyebabkan kelebihan protein EGFR yang dapat mempercepat pertumbuhan sel kanker paru-paru. Hal ini membuatnya memenuhi syarat untuk uji klinis obat yang secara khusus menargetkan mutasi.
"Ketika kami mendengar 'uji klinis', saya sangat terbuka terhadapnya. Saya pikir sebagai perawat, saya selalu terbuka terhadap hal-hal seperti itu," ujarnya.
Namun, Tiffany memposting di Instagram pada bulan November 2023 bahwa, meskipun telah menjalani terapi baru, tumor utama di paru-parunya terus tumbuh, dan pengobatannya saat ini tidak lagi efektif.
Meski begitu, dia tetap optimis.
"Kita tidak tahu apa yang akan terjadi pada kita pada akhirnya, jadi sebaiknya kita hidup saja setiap saat," ungkapnya.
Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "Cerita Perawat Kena Kanker Paru Stadium 4 di Usia 37, Ketahuan saat Ngegym"