Ilustrasi. Foto: Getty Images/Woohae Cho |
Saking banyaknya warga ogah menikah dan memiliki anak, Korea kini harus berjuang menghadapi tingkat kesuburan yang amat rendah. Beberapa alasan warga memilih untuk tidak punya anak tak lain mahalnya biaya kebutuhan anak dan pendidikan, serta sulitnya kondisi perempuan bekerja sambil hamil.
Sebuah penelitian mengungkapkan, hampir setengah dari perempuan hamil yang bekerja mengalami kesulitan di tempat kerja disebabkan oleh kurangnya perhatian dari rekan kerja dan atasan. Lebih lanjut, penelitian tersebut menyarankan upaya perbaikan untuk mengatasi tingkat kesuburan yang sangat rendah di negara tersebut.
Asosiasi Kesehatan dan Kesejahteraan Populasi Korea melakukan survei terhadap 1.000 wanita hamil dan 1.000 orang tidak hamil. Mereka menemukan bahwa 43,9 persen wanita hamil yang bekerja mengidentifikasi penilaian dari rekan kerja dan supervisor sebagai pengalaman paling negatif selama kehamilan.
Sekitar 22 persen responden menyatakan bahwa hal yang paling menantang adalah ketidaknyamanan akibat perubahan fisik, dan 20,6 persen menyebut perlu ada tempat istirahat yang luas dan waktu istirahat di tempat kerja.
Sekitar 40 persen perempuan hamil menekankan perlunya penyesuaian jam perjalanan, sementara 19,8 persen percaya bahwa mengubah peran pekerjaan ke lingkungan yang lebih aman merupakan pertimbangan penting di tempat kerja.
"Kebijakan tambahan pemerintah untuk meningkatkan lingkungan kerja bagi perempuan hamil dan mereka yang baru saja melahirkan diperlukan, seperti kemampuan untuk memanfaatkan cuti mengasuh anak tanpa menghadapi penolakan dari tempat kerja," kata seorang wanita yang memiliki bayi pada Desember 2020, Chung (30), dikutip dari The Korea Times, Rabu (3/1/2024).
Tak hanya di tempat kerja, para ibu hamil pun mengalami kesulitan serupa di rumah. Penelitian menemukan, sebanyak 34,5 persen ibu hamil mengaku kurangnya pengertian dan dukungan anggota keluarga atas perubahan fisik dan emosional yang disebabkan oleh kehamilan adalah pengalaman paling negatif.
Terkait keluhan tersebut, sebanyak 36,8 persen responden menekankan pentingnya pembagian pekerjaan rumah tangga, sementara 19,7 persen responden menyoroti pentingnya dukungan emosional.
Pada 2022, Korea mencatat tingkat kesuburan total sebesar 0,78, setelah sebelumnya sempat mencapai rekor sebagai negara dengan tingkat kesuburan terendah di dunia.
Imbas kondisi tersebut, berbagai instansi pemerintah dan perusahaan swasta menyusun dan menyiapkan kebijakan berkenaan dengan upaya untuk mengatasi penurunan angka kesuburan secara signifikan. Mereka khawatir, angka kelahiran yang anjlok akan mempercepat jurang demografi, mengacu pada penurunan besar populasi pekerja.
Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "Susahnya Jadi Bumil di Korsel: Tak Dapat Dukungan-Rentan Kena Diskriminasi"