Ilustrasi baby blues. Foto: Getty Images/iStockphoto/staticnak1983 |
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) melaporkan 57 persen ibu di Indonesia mengalami gejala baby blues atau depresi pasca-melahirkan. Mengacu pada angka ini, Indonesia tercatat menjadi negara dengan kasus baby blues tertinggi di Asia.
"57 persen ibu di Indonesia mengalami gejala baby blues, angka tersebut menjadikan Indonesia sebagai negara peringkat tertinggi di Asia dengan risiko baby blues," kata Deputi Bidang Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga BKKBN Nopian Andusti dikutip dari ANTARA, Kamis (1/2/2024).
Baby blues syndrome merupakan kondisi psikologis yang dialami wanita pasca melahirkan. Baby blues membuat wanita merasa lebih emosional dan sensitif, seperti mudah sedih, cemas, marah dan menangis yang diakibatkan penurunan hormon wanita secara tiba-tiba seusai melahirkan.
Nopian menambahkan konflik batin atas kemampuan seseorang yang baru menjadi ibu mengakibatkan rasa cemas berlebih atas penerimaan serta penolakan terhadap peran baru, yang mengakibatkan seorang ibu mengalami baby blues syndrome.
Dalam kesempatan yang sama Psikolog dari Ikatan Psikologi Klinis Himpunan Psikologi Indonesia (HIMPSI) Naftalia Kusumawardhani menyampaikan proses hamil merupakan proses berat yang dialami seorang, sehingga mempengaruhi keadaan baby blues. Pengalaman-pengalaman ketika hamil akan mempengaruhi bagaimana sikap ibu terhadap bayi ketika melahirkan.
"Proses hamil itu berat bagi seorang ibu, ke mana-mana selama sembilan bulan membawa bayi bukanlah hal yang mudah. Bagi ibu yang kehamilannya diharapkan, tentunya masa itu menyenangkan. Tetapi bagi mereka yang tidak berharap hamil, pernah mengalami kesulitan sebelumnya, sedang konflik dengan keluarga, dan sebagainya, maka masa kehamilan ini bisa jadi tidak menyenangkan," tutur Naftalia.
Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "BKKBN Ungkap 57 Persen Ibu di Indonesia Alami Baby Blues, Tertinggi se-Asia"