Ilustrasi dirawat. (Foto: Thinkstock) |
Penambahan kasus sifilis di Indonesia meningkat tajam dalam lima tahun terakhir per 2016 hingga 2022, termasuk infeksi pada anak. Kemenkes RI mencatat rata-rata penambahan kasus setiap tahunnya bahkan berada di angka 17 ribu hingga 20 ribu kasus.
Sayangnya, kasus raja singa pada anak juga dipicu oleh minimnya pengobatan yang dilakukan ibu hamil. Persentase pengobatan dari total kasus sifilis pada ibu hamil, hanya berkisar 40 persen.
Sebagian besar sisanya yakni 60 persen tidak menjalani pengobatan yang berimbas pada kecacatan anak saat lahir, hingga bisa berujung fatal.
"Rendahnya pengobatan dikarenakan adanya stigma dan unsur malu. Setiap tahunnya, dari lima juta kehamilan, hanya sebanyak 25 persen ibu hamil yang diskrining sifilis. Dari 1,2 juta ibu hamil sebanyak 5.590 ibu hamil positif sifilis," kata dr Syahril, dalam konferensi pers Senin (8/5/2023).
"Tidak perlu ada stigma terhadap pasien sifilis, semuanya adalah saudara kita yang memang harus dilakukan tindak lanjut baik pengobatan dan pencegahan agar tidak terjadi penularan yang lebih lanjut," pesan dia.
"Khususnya pada bayi yang akan menjadi anak penerus generasi kita yang harapannya tubuh sehat, tidak cacat akibat penularan penyakit menular seksual ini seperti sifilis dan HIV," pungkasnya.
Pencegahan yang utama perlu dilakukan menurut Syahril adalah menghindari perilaku seks berisiko seperti seks oral dan seks anal. Sementara jalur penularan yang perlu diperhatikan adalah dari ibu hamil melalui plasenta, aliran darah, dalam anak yang tengah dikandung. Begitu juga saat proses persalinan terjadi.
"Bisa juga melalui ASI dari ibunya," kata Syahril.
Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "Banyak Anak RI Terjangkit Raja Singa, Bumil Malu Berobat gegara Stigma"