Imunisasi pada anak. (Foto: Pradita Utama) |
Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes) mengejar ketertinggalan capaian imunisasi dasar anak dengan program vaksinasi kejar dengan suntikan ganda. Artinya sekali datang ke fasilitas kesehatan, bayi atau balita bisa mendapatkan dua vaksin dasar sekaligus.
Namun, tidak sedikit tenaga kesehatan yang ragu dan takut memberikan suntikan imunisasi ganda pada anak.
Kepala Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat, dr Rochady Hendra Setya Wibawa, SpOG, MKes mengatakan salah satu alasan tenaga kesehatan yang tidak berani memberikan imunisasi ganda kepada anak karena takut efek samping yang parah.
"Jadi ada masalah di masyarakat dan ada masalah di tenaga nakes yang masih belum percaya diri. Khawatir efek samping lebih besar, khawatirnya kasus KIPInya lebih besar," tuturnya saat ditemui di Bandung, Jawa Barat, Selasa (16/5/2023).
Saking takutnya karena efek samping yang ditimbulkan, banyak nakes yang memberikan vaksinasi dengan jeda waktu beberapa minggu.
"Biasanya kalau ada suntikan ganda, mereka ngundur 2 minggu atau 3 minggu karena nggak berani efek samping. Efek samping sebenarnya tidak ada, cuma mereka berasumsi sendiri atau self diagnosis," tuturnya lagi.
Karenanya, pihaknya kerap melakukan sosialisasi kepada para nakes agar mereka percaya diri dan mampu memberikan imunisasi ganda. Juga, asalkan memberikan vaksinasinya dengan beda jenis, misalnya vaksin Polio dan vaksin PCV.
Imunisasi kejar merupakan upaya memberikan imunisasi kepada anak dengan sebab tertinggal satu atau lebih dosis vaksin dari yang seharusnya diberikan. Pelaksanaanya bisa bersamaan dengan jadwal imunisasi rutin atau pada kegiatan imunisasi khusus.
"Jadi jangan sampai misalnya, si anak ini harusnya PCV 3, tapi PCV 2 nya belum disuntik. Trus mau PCV 2 sama PCV 3 nya barengan, ya nggak boleh. Satu jenis vaksin," imbuhnya lagi.
Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "Imunisasi Jalur Cepat via Suntik Ganda, Eh Nakesnya yang Nggak Tega"