Polusi udara di DKI Jakarta. (Foto: Uyung/detikHealth) |
Polusi udara di DKI Jakarta dalam kurun dua pekan terakhir tercatat menduduki peringkat lima teratas kota berpolusi di Indonesia. Tingkat konsentrasi PM 2.5 selalu melampaui standar pedoman Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), bahkan per hari ini Jumat (9/6/2023) 8,9 kali lipat di atas batas aman.
Kualitas udara di DKI masuk zona merah sejak pukul 01:00 hingga 08:00 WIB. Zona merah menandakan kualitas udara buruk. Baru mulai berada di zona oranye yakni berbahaya untuk kelompok sensitif di pukul 09:00 WIB.
Berdasarkan laporan IQair di 2018-2022, Indonesia bahkan termasuk negara paling berpolusi di dunia, peringkat ke-26 setelah China dengan air quality index di 2022 tercatat 89, konsentrasi PM 2.5 enam kali lipat di atas pedoman WHO. Sementara kota paling bersih berada di Kuta, Bali, masuk zona hijau.
Data IQAir di Jumat (9/6/2023) pukul 09:21 WIB menunjukkan beberapa tempat paling berpolusi di DKI Jakarta yakni:
- Gordi HG dengan US AQI 179 (kategori tidak sehat)
- US Embassy in Central Jakarta (kategori tidak sehat)
- Gading Harmony US AQI 154 (kategori tidak sehat)
- Kemayoran US AQI 152 (kategori tidak sehat)
Apa Pemicunya?
Keluhan batuk dan pilek tidak bisa dihindari di tengah udara pagi menjelang siang yang kerap nampak berkabut menandakan polusi tinggi. Kepala Biro Komunikasi dan Kementerian Kesehatan RI dr Siti Nadia Tarmizi bahkan mewanti-wanti risiko infeksi saluran pernapasan akut akibat polusi.
Masyarakat diimbau untuk selalu mengenakan masker jika beraktivitas di luar ruang. Sementara Direktur Pengendalian Pencemaran Udara Direktorat Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan (PPKL) Kementerian LHK, Luckmi Purwandari, menilai kualitas udara Jakarta di bulan Mei, Juni, Juli, Agustus, umumnya setiap tahun lebih buruk dibandingkan bulan lainnya.
"Hal ini terjadi karena adanya pengaruh siklus musim. Pada bulan April sampai September adalah musim kemarau," kata Luckmi saat dimintai keterangan Jumat (9/6).
"Di mana bertiup angin timur yang kondisinya kering serta membawa debu dan partikel lebih banyak," lanjut dia.
Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "Terjawab, Alasan Polusi Udara di DKI Belakangan Ambyar"