Hagia Sophia

08 July 2023

Hong Kong Berada di Peringkat 80 untuk Negara Paling Bahagia

Coco Lee meninggal dunia. (Foto: Dok. Instagram)

Coco Lee meninggal dunia, kematian Diva Hong Kong itu menyisakan banyak duka bagi para fans. Saudara perempuan Coco Lee, Carol dan Nancy menyebut selama bertahun-tahun Coco Lee berjuang melawan depresi.

Meski sempat dibawa ke rumah sakit dalam keadaan koma, Coco Lee mengembuskan napas terakhirnya di 5 Juli 2023.

"Meskipun CoCo mencari bantuan profesional dan melakukan yang terbaik untuk melawan depresi, sayangnya iblis di dalam dirinya mengambil yang lebih baik darinya."

Kondisi kesehatan mental yang buruk di Hong Kong

Pasca kematian Coco Lee, banyak warga menyoroti kondisi kesehatan mental yang buruk di Hong Kong. Bak bertolak belakang dengan slogan pariwisata 'Happy Hong Kong'.

Hong kong berada di peringkat ke-80 negara dengan catatan paling bahagia di dunia menurut PBB di 2022. Turun dari sebelumnya ranking ke-77.

Survei di 2019 oleh Lembaga Riset Opini Publik Hong Kong dan organisasi non-pemerintah MindHK menemukan 61 persen populasi orang dewasa di kota itu memiliki kesehatan mental yang buruk.

Mei lalu, sebuah penelitian Universitas Hong Kong (HKU) menemukan sekitar 16 persen warga berusia 15-24 tahun telah mengalami setidaknya satu dari lima gangguan kesehatan mental hingga depresi, kecemasan, gangguan panik, gangguan bipolar, dan gangguan psikotik-di tahun lalu.

Dari 3.000 responden yang disurvei, hampir seperlimanya memiliki pikiran untuk bunuh diri dalam 12 bulan terakhir, sementara 5 persen dan 1,5 persen masing-masing telah membuat rencana untuk mengakhiri hidup mereka atau mencoba melakukannya.

Data dari Pusat Penelitian dan Pencegahan Bunuh Diri Klub Joki Hong Kong menunjukkan sedikit peningkatan dalam tingkat bunuh diri, kematian per 100.000 dari tahun 2020 dan 2021, meskipun secara umum tingkat bunuh diri telah berada di atas 12 sejak 2011.

Stigma sosial juga menjadi faktor di balik peningkatan kasus bunuh diri di Hong Kong, dibarengi dengan situasi isolasi semasa COVID-19 dan situasi sosial-politik yang memburuk terutama pada kaum muda.

"Sebelum COVID, sudah lebih banyak orang [yang] mencari layanan kesehatan mental," Calvin Cheng dari HKU, seorang asisten profesor klinis.

"Sistem perawatan kesehatan mental di Hong Kong sangat kekurangan sumber daya dibandingkan dengan keseluruhan kemakmuran kota," katanya, seraya menambahkan bahwa mereka yang perlu mencari layanan kesehatan mental non-swasta harus menunggu hingga satu tahun.

Heidi Lo, profesor HKU lain yang berspesialisasi dalam psikiatri dewasa, mengatakan kematian Lee harus menjadi 'sinyal peringatan' kepada publik.

"Bahkan seseorang setenar CoCo Lee, yang tampaknya sukses dan, dari fotonya di media sosial atau di berita, dia sepertinya selalu tersenyum, seperti dia selalu membawa saat-saat menyenangkan bagi orang lain, tapi sebenarnya, dia sedang menghadapi masalah depresi."

"Saya pikir ada banyak ruang untuk perbaikan di Hong Kong untuk memahaminya," kata Lo.
























Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "Hong Kong Darurat Kesehatan Mental di Balik Kematian Coco Lee"