Hagia Sophia

08 July 2023

Kurangnya Dokter Anak Membuat Warga Korsel Jadi Enggan Punya Keturunan

Dokter anak di Korsel minim, warganya makin ogah punya keturunan. (Foto: Getty Images/iStockphoto/AlexRaths)

Korea Selatan tengah kekurangan dokter anak, yang sebagian disebabkan angka kelahiran yang rendah. Bahkan, di beberapa rumah sakit tidak ada dokter yang mengisi pos anak, sehingga bisa meningkatkan risiko kesehatan pada anak.

Dampak dari kondisi ini juga sangat dirasakan para orang tua. Kurangnya jumlah dokter anak, berarti membuat anak yang sakit lebih lama mendapatkan pengobatan.

Seperti yang terjadi di sebuah rumah sakit di pinggiran Seoul. Ruang tunggu di rumah sakit itu dipenuhi dengan anak-anak, bahkan banyak juga yang menggunakan infus yang menunggu dokter anak.

"Kami harus menunggu dua minggu. Saya takut, rasanya seperti langit runtuh," kata Lee Bo-mi, seorang ibu berusia 35 tahun dengan seorang anak laki-laki berusia 3 tahun yang sakit, di Rumah Sakit Anak Sehat, dikutip dari Channel News Asia, Jumat (7/7/2023).

Seorang dokter di Rumah Sakit Guro Universitas Korea, Dr Song Dae-jin, mengatakan dirinya khawatir dengan kondisi saat ini. Kekurangan staf ini bisa segera melumpuhkan kemampuan timnya untuk memberikan perawatan darurat.

"Kalau begini terus, kita tidak akan bisa bertahan setahun," beber Dr Song.

"Ini bukan masalah besar jika penyakit ringan tidak terlihat selama satu atau dua hari, tetapi konsekuensi dari tidak melihat penyakit serius atau pasien darurat pada waktu yang tepat dapat menghancurkan," sambungnya.

Kekurangan jumlah dokter ini juga dialami rumah sakit anak tertua di Korea Selatan, Rumah Sakit Sowha. Baru-baru ini, pihak rumah sakit menangguhkan perawatan Sabtu sore dan Minggu untuk pertama kalinya dalam 77 tahun, karena kekurangan staf.

Di beberapa rumah sakit juga mengurangi perawatan malam hari dan menutup ruang gawat darurat anak-anak. Situasi ini sangat mengkhawatirkan, sehingga menambah keraguan beberapa pasangan untuk memiliki anak.

Keraguan ini muncul, meski ada upaya pemerintah untuk membalikkan penurunan angka kelahiran dengan miliaran dolar per tahun, untuk subsidi pengasuhan anak. Hal ini yang dirasakan seorang ibu satu anak, Kim Eun-Ji, yang semakin ragu untuk memiliki anak kedua.

"Saya khawatir. Jika jumlah rumah sakit anak berkurang dan jumlah dokter berkurang, akan sulit untuk merawat anak-anak," tegasnya.
























Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "Korsel Minim Dokter Anak, Warganya Makin Enggan Punya Keturunan"