Olahraga di tengah polusi DKI Jakarta. (Foto: DetikHealth/Averus Al Kautsar) |
Tingginya polusi udara di DKI Jakarta dan sekitarnya tengah menjadi pembicaraan banyak orang. Hal ini lantas menimbulkan pertanyaan berbagai pihak, apakah olahraga di luar ruangan ketika polusi sedang tinggi masih aman?
Dokter spesialis paru dr Erlang Samoedro, SpP(K) mengatakan bahwa mengacu pada sebuah penelitian tahun 2016, beberapa jenis olahraga masih dapat dilakukan ketika polusi tinggi. Misalnya seperti berjalan kaki atau bersepeda.
Namun, dr Erlang mengingatkan bahwa ada beberapa hal yang harus diperhatikan masyarakat apabila mau berolahraga di luar ruangan ketika polusi udara sedang tinggi.
Ia menjelaskan bahwa terdapat tipping point dan break-even point pada kadar polutan. dr Erlang menjelaskan kedua hal tersebut merupakan patokan atau titik yang digunakan ketika seseorang mau berolahraga di lokasi dengan kualitas udara buruk.
dr Erlang mencontohkan olahraga bersepeda hanya boleh dilakukan selama 30 menit dengan tipping point di PM2.5 95 mikrogram/m3 dan break-even point 160 mikrogram/m3.
"Jadi bisa polusi udara sampai 95, kita bisa melakukan olahraga bersepeda selama 30 menit. Dan break-even pointnya di 160 mikrogram/m3. Jadi bersepeda selama 30 menit, itu bisa 95-160 mikrogram/m3. Jadi break evennya di 30 menit di PM2.5, 160 mikrogram/m3," kata dr Erlang dalam sebuah konferensi pers.
"Kalau kita sekarang 152 pada pagi hari, itu kita masih bisa melakukan sepeda selama 30 menit. Karena kan tadi kita ambil patokannya 160, masih bisa bersepeda sampai 30 menit," sambungnya.
Adapun dr Erlang mengatakan olahraga jalan kaki juga dapat dilakukan selama 30 menit dengan break event point pada PM2.5 di atas 200 mikrogram/m3.
"Kalau sudah di atas 200 mikrogram, kita masih bisa berjalan kaki selama 30 menit. Nah untuk kisaran WHO, tipping point dan break-even point itu di 7 jam dan 16 jam untuk berjalan kaki di PM2.5, 22 mikrogram/m3. Tapi ini jarang sekali ya, karena PM 2.5, 22 mikrogram/m3 ini mungkin di atas gunung aja kali ya yang jarang ada kendaraan," imbuh dr Erlang.
dr Erlang mengatakan apabila masyarakat berolahraga lebih dari 30 menit pada kadar polutan di tipping point dan break-event point tersebut, maka risiko penurunan fungsi paru dan munculnya kelainan metabolisme akan lebih besar.
"Dan 30 menit olahraga di level polusi yang sangat tinggi akan meningkatkan ikatan COHb (hemoglobin). Seperti kita ketahui CO (karbon monoksida) itu berasal dari pembakaran, seharusnya diberikan oksigen, jadi diubah ikatannya jadi CO," ucapnya lagi.
Oleh karena itu, dr Erlang mengingatkan untuk memperhatikan waktu, lokasi, dan kadar polutan di wilayah tempat berolahraga.
Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "Olahraga Outdoor di Tengah Polusi, Aman Nggak Ya? Begini Kata Dokter Paru"