Hagia Sophia

09 August 2023

Hisap Asap Rokok Dampaknya Hampir Sama dengan Hisap Asap Knalpot

Ilustrasi langit Jakarta 'berkabut' imbas polusi udara sedang parah-parahnya. Foto: Agung Pambudhy

Warga Jakarta kini ketar-ketir gegara kualitas udara di wilayahnya sedang parah-parahnya. Tak sedikit pihak khawatir perihal risiko beragam penyakit akibat paparan polusi udara mulai dari gangguan pernapasan, masalah pada kulit wajah, hingga penyakit jantung dan stroke.

Namun di tengah situasi tersebut, masih banyak juga warga yang cuek-cuek saja tetap merokok berbatang-batang, bahkan sekotak-dua kotak dalam sehari. Padahal menurut dokter paru, asap dari rokok efek bahayanya bisa setara dengan polutan. Walhasil, orang yang merokok di tengah kualitas udara yang memburuk risiko penyakitnya bak menjadi dua kali lipat.

"Anda bisa bayangkan. Polusi udara itu udara kotornya ada di sekitar kita, di udara kita tapi nggak ke semua tempat. (Misal) udara kotornya ada di sana, kalau kita ke daerah sana banyak polusi. Asap rokok itu salah satu sumber polutan karena asapnya banyak mengandung polutan," ujar dokter spesialis paru dr Agus Dwi Susanto, SpP dalam diskusi daring, Selasa (8/8/2023).

"Rokok dimasukkan mulutnya, dihirup setiap hari. Kalau polusi bisa kita hindari. Polusi dihindari, penyakitnya turun. Rokok dihisap setiap hari masuk ke dalam paru. Karena konsep dasar dari asapnya itu sama seperti asap pembakaran. Ada partikelnya, ada gasnya. Kalau masuk penyakitnya sama yang muncul," imbuhnya.

Hisap Asap Rokok Efeknya Hampir Setara Hisap Asal Knalpot

Lebih lanjut menurut dr Agus, sebuah penelitian di Afrika pernah menemukan bahwa karbon monoksida dari hembusan napas orang yang kecanduan merokok kadarnya berbeda tipis dengan semburan asap knalpot, yang merupakan salah satu sumber polutan terbesar di udara.

"Ada satu penelitian di Afrika mengukur kadar karbon monoksida dari kendaraan bermotor, dari polusi. Karbon monoksida salah satu polutannya. Kita mengukur napasnya orang merokok, disuruh tiup. Itulah terdeteksi karbon monoksidanya, terdeteksi pada perokok berat yang sudah adiksi," beber dr Agus.

"Jadi, bisa dibayangkan kalau orang merokok aktif sampai ketagihan satu bungkus sehari suruh niup mulutnya itu 50 ppm, knalpot motor 60 ppm. Nggak jauh beda kan. Jadi mulut seseorang merokok itu nggak jauh beda sama knalpot motor kalau dia ngeluarin napasnya, kandungan karbon monoksida nya," pungkasnya.



























Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "Ngeri! Begini Efeknya Kalau Masih Nekat 'Nyebat' saat Polusi Gila-gilaan"