Ilustrasi. Foto: Getty Images/iStockphoto/bymuratdeniz |
Beberapa orang beranggapan, vape dan rokok elektrik bisa dijadikan alternatif untuk berhenti merokok konvensional. Padahal sebagaimana dijelaskan oleh banyak praktisi medis, efek vape sebenarnya terbukti tidak lebih ringan dibandingkan rokok konvensional.
Nyatanya, sudah ada banyak kasus paru-paru kolaps akibat penggunaan vape dan rokok elektrik. Salah satunya dialami oleh seorang wanita berusia 26 tahun, Jodie Hudson. Sebelum menggunakan vape, ia sudah menjadi perokok aktif sejak berusia 18 tahun. Kemudian ia beralih ke vape selama dua tahun terakhir dengan harapan, bisa berhenti merokok konvensional.
Namun pada akhir September lalu, Jodie tiba-tiba merasa kesulitan bernapas ketika sedang beraktivitas di rumah. Saking sesaknya, ia sampai tidak bisa beraktivitas, termasuk berjalan. Ia kemudian dilarikan ke rumah sakit Bassetlaw.
"Saya kesulitan untuk berjalan, saya tidak bisa bernapas. Baru saja berjalan dari mobil ke rumah sakit, saya gemetar, berkeringat, saya harus langsung duduk, saya merasa sangat pusing. Saya hampir tidak bisa mengeluarkan kata-kata saya," jelasnya dikutip dari Mirror News, Minggu (8/11/2023).
"Saya tiba di RS dan langsung dimasukkan ke dalam sebuah ruangan karena rendahnya oksigen yang saya miliki. Tekanan darah saya rendah dan detak jantung saya sangat tinggi," sambung Jodie.
Setelah menjalani pemeriksaan, barulah ketahuan bahwa Jodie mengidap pneumonia akibat sering menggunakan vape. Sebagaimana dikutip dari laman John Hopkins Medicine di Maryland, AS, pneumonia lipoid bisa terjadi ketika zat berminyak di e-liquid terhirup, kemudian memicu respons peradangan di paru-paru. Gejalanya meliputi batuk kronis, sesak napas, dan batuk darah atau lendir darah.
Jodie mengaku, dirinya memang kecanduan vape. Ia selalu nge-vape di mana pun dan kapan pun. Bahkan dalam seminggu, ia bisa membeli vape sekali pakai sebanyak dua sampai tiga kali.
"Saya sekarang menderita asma karena semua ini. Saya mungkin akan menggunakan inhaler selama sisa hidup saya. Saya memiliki banyak penyesalan, vape hanya membuang-buang uang dan membunuh saya," tutur Jodie.
"Saya tidak pernah merokok atau nge-vape lagi. Orang-orang selalu berpikir tidak akan berhenti (nge-vape). Anda tidak akan pernah berhenti sampai semuanya terlambat. Ini jelas merupakan peringatan yang saya perlukan, vape akan membunuh saya lebih cepat dari apa pun," pungkasnya.
Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "Paru-paru Wanita Umur 26 'Ambyar' gegara Sering Nge-vape, Begini Gejala Awalnya"